Chapter 17

679 96 1
                                    



"Jalan!"

Dengan terpaksa Hansen mengikuti instruksi orang yang membekap dirinya dengan pedang itu dan mengikuti langkah mereka yang membawanya ke luar semak.

"Hei hei! Jangan sakiti kudaku! Nyawamu bahkan tidak semahal nyawanya!" tegas Hansen saat melihat Row, kuda kesayangannya dilecut dengan kejam para prajurit yang sejenis dengan yang membekapnya. Hansen didudukkan paksa ke tanah dan terdengar ringgisan putra mahkota Amsterdam itu saat lututnya terbentur kuat ke batu runcing yang Hansen yakin sudah melukai lututnya.

"Siapa kau?!" tanya salah seorang prajurit gelap pada Hansen yang tetap memilih diam sambil menatap Row yang mulai tenang.

"Hei! Kau tuli?!" teriak prajurit itu lagi sambil menendang Hansen yang terjungkal ke belakang tanpa bisa menahan tubuhnya karena tangannya sedang terikat kuat.

"Cara mereka berbicara memang seperti penutur Jermanik Barat yang sesuai dengan negaraku, tapi logat Odense mereka sangat kentara, mereka adalah prajurit gelap milik negara itu!" tebak Hansen membatin.

"Hei kau!" teriak prajurit itu lagi sambil menendang Hansen. Namun lagi-lagi pria itu tak menjawab. Setelah bangkit lagi, Hansen pun menoleh ke arah Row dan melihat penjagaan kuda itu sedikit lebih renggang.

"Row! Pergi ke kamp prajurit lain dan minta pertolongan!" teriak Hansen secara tiba-tiba membuat prajurit itu terlonjak kaget. Lalu menertawakan tingkah Hansen yang menurut mereka sudah tak waras. Namun tiba-tiba hewan berbulu itu meringkik kencang dan mulai memberontak dengan kekuatan yang luar biasa. Para prajurit tampak panik dengan hal di luar perhitungan mereka.

"Row! Pergilah tanpa aku!" teriak Hansen lagi dengan bahasa yang tidak dimengerti para prajurit itu dan setelah ikatannya lepas, Row, kuda hitam kecoklatan itu berhenti sejenak menatap Hansen yang tersenyum dan langsung berlari kencang menembus semak, menjauhi Hansen yang tersenyum lega.

"Apa yang kau katakan pada hewan itu? Apa kau penyihir?" Hansen memilih bungkam tak berminat untuk bicara sedikitpun.

"Siapa kau?!" desak mereka lagi saat menyadari bahwa kulit tangan pria itu cukup halus untuk dikatakan prajurit juga pakaiannya layaknya pembesar negeri bukan kalangan rakyat jelata. Mereka terus menelusuri pakaian Hansen berharap mendapat sesuatu yang membuat mereka dapat mengenali pemuda yang memiliki kemampuan berbicara dengan hewan itu.

"Carilah sepuas kalian!" batin Hansen mengejek karena beberapa jam sebelum tiba di perbatasan ini, Hansen sudah melepaskan seluruh tanda pengenalnya dan masalah Row, pria itu sudah mengajak Row berbicara sejak mereka dipertemukan 13 tahun yang lalu. Di mana mereka sama-sama muda dan ikatan pertemanan antar mereka sudah sangat dekat dan keduanya saling memahami isyarat maupun kata-kata masing-masing walau mereka tak bisa saling berbalas kata.

"Row, cepatlah!" bisiknya lagi saat melihat para prajurit sedang berdiskusi setelah lelah menggeledah tubuhnya. Hansen yakin bahwa ia akan dibawa paksa ke Odense seperti yang para perwira itu katakan, dan benar saja, para prajurit itu menyiapkan tali lebih kuat dan karung yang sangat besar lalu mendekatinya.

"Kau sepertinya sangat mahal jika dijual, masukkan dia!" Hansen memberontak saat prajurit itu menyentuh bibirnya yang terluka dengan paksa dan menyumpal mulut itu dengan kain yang bau, lalu mulai memasukkan Hansen ke dalam karung.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang