Malam Yang Ditunggu

11 3 0
                                    

Aku membaca tulisan Pak Wi sambil sesekali menahan nafas. Pengakuannya sungguh membuat takjub sekaligus ngeri.

Di luar itu aku menduga masih ada banyak yang tersembunyi.

Pak Wi menyebut kematian Sukma seharusnya menjadi akhir perjanjiannya. Dengan kata lain, dia tak lagi berkuasa bersamaan dengan hidup yang telah berakhir. Sedikit bsnysk sku turut berpikir demikian. Lebih tepatnya tidak ada keuntungan yang dapat dinikmati lagi dari perjanjian tersebut.

Kemungkinan lainnya adalah kabar Azazil yang lebih faktual, yang menyebutkan perjanjian yang dimaksud itu bisa semacam diwariskan atau dilanjutkan oleh orang lain. Keterangan itu sama sekali bertentangan dengan catatan Pak Wi. Sebab Pak Wi secara tersurat menerangkan dirinya tidak diuntungkan oleh misteri ini.

Dalam situasi seperti ini siapa yang dapat dipercaya. Apabila meyakini tulisan Pak Wi, dengan sendirinya Azazil keliru. Begitu pun sebaliknya. Kebenaran yang kuyakini sebelumnya ialah versi penulis yang selalu bersembunyi itu. Bahwa Pak Wi merupakan oknum yang berniat mendapat keuntungan dari kasus ini. Agaknya aku dituntut menganalisis ulang keyakinan tersebut.

Umpamanya Pak Wi ingin mengarang cerita, hendaknya dilakukan terang-terangan. Yang dia buat melalui catatannya justru mengesankan tidak ingin diketahui siapa pun kecuali selepas ia mati.

Bagaimana misalnya, Azazil yang salah.

Jujur saja, sampai sekarang aku tak pernah memvalidasi petunjuk-petunjuk secara menyeluruh. Azazil sendiri pernah berkata bahwasanya Sukma adalah sosok pembohong. Oleh karenanya bisa saja dia sendiri terkecoh oleh kebohongan Sukma.

Lantas siapa identitas Azazil itu juga akhirnya baru menjadi pertanyaan dan mesti terjawab. Kata Pak Wi ada banyak makhluk halus di dalam bangunan ini. Kemampuan berikut sifat-sifat mereka tentu berbeda. Bisa saja itu satu oknum, bisa juga berlainan. Bukankah wajar bila mereka saling mengetahui kebiasaan manusia?

Lama-lama aku jengkel juga memikirkan hal begini. Apes-apesnya, ini bisa jadi sangat berhubungan dengan nasib diri sendiri.

Tiba-tiba terpikir sesuatu yang baru lagi:

Jika setiap yang terikat pada perjanjian itu memiliki kekuatan luar biasa, maka Sukma masih berhak atas keuntungan tersebut.

Mengutip kata-kata Azazil:

"Ia bisa melakukan apa pun, bahkan mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati."

Demikian tulisan Pak Wi yang baru-baru ini aku baca:

“Pengikat perjanjian tersebut berharap akan memiliki segala kekuatan di dunia.”

Mungkin saja tanpa sadar aku baru saja membuat satu langkah kuda. Korban terakhir akan menghidupkan kembali Sukma. Kedua keterangan tersebut sekali-kali tidak bertentangan. Azazil menerangkan kekuatan yang berasal dari perjanjian itu tak terkira dahsyatnya, sehingga ia dapat menghidupkan yang mati. Jadi bukan tidak mungkin kekuatan itu pada akhirnya menghidupkan Sukma sendiri. Dan Pak Wi menyatakan kekuatan yang dimaksud adalah segala-galanya di dunia. Yang dimaksud dunia bukanlah soal umur seseorang atau masa hidup matinya, melainkan masa kehidupan duniawi di atas bumi sepanjang tata surya dan tata alam semesta masih berputar. Dapat dikatakan pula; Dengan perjanjian ini Sukma akan bangkit dan aku tidak berani menerka-nerka apa yang bakal dia perbuat setelah dia mendapatkan hidupnya kembali.

Pak Wi menulis Sukma mengumpulkan 101 korban. Taruhlah Pak Wi benar, dengan begitu ada tiga orang lagi. Menurut firasatnya Sukma akan datang meminta korban terakhir pada pertengahan Sadha, Selasa Kliwon. Mangsa kasadha adalah masa terakhir atau yang ke-12 dalam Pranata Mangsa. Berlangsung dalam 42 hari, dimulai 12 Mei berakhir 22 Juni. Pertengahan Sadha kemungkinan jatuh pada tanggal 1 atau 2 Juni. Aku segera mencabut handphone untuk melihat tanggal dan hari.

[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang