III : Black Rose

93 16 4
                                    

Aku mematung ketika melihat sosoknya di seberang sana. Tubuh tegapnya berdiri gagah di belakang persis sang pemimpin kaum serigala. Walau begitu, aku bisa melihat tatapannya yang sendu. Aku tahu, karena aku juga merasakan perasaan yang sama. Walau bedanya aku sedikit lebih terkejut dan setengah tidak percaya dengan apa yang kulihat kini, sedangkan dia sepertinya telah tahu apa yang sedang terjadi.

"Lobelia, kau yang memimpin," ucap Victoria.

Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. Namun dia hanya membalasku dengan tatapan dinginnya yang membuatku tak bisa berkutik.

Kemudian aku menoleh ke arah lawan yang kini mulai berubah menjadi wujud aslinya, serigala. Kecuali dia yang belum berubah. Tangannya terangkat dengan jari-jarinya yang mulai bergerak.

1 - 4 - 3 - 2 - 2 - 4

Satu tetes air mataku lolos. Hatiku sangat sakit. Benar-benar sakit sampai rasanya lebih baik aku dibunuh saja daripada merasakan sakit ini.

Beberapa saat kemudian pertempuran terjadi. Dan ya, tidak ada yang menang ataupun kalah. Hanya sebagai penanda.

          

❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘
Not The End
             
           

Hari itu banyak temanku yang terluka. Jane, Alec, mereka yang kuat pun tetap terluka. Aku merasa bahwa diriku sangat tidak pantas berada di dekat mereka lagi. Aku telah jatuh cinta pada rival kami sendiri, sangat bodoh. Coba kalian ada di posisi ku, apa kalian juga akan menganggap diri kalian bodoh?

"Victoria," panggilku pelan.

Yang namanya dipanggil sedang duduk di samping ranjang Riley yang tengah berbincang dengannya.

"Ada apa, Facinelli?"

Dengan ragu aku berkata, "Boleh kah aku meminta waktu mu sebentar?"

Riley tampak kesal denganku. Sudah dapat dipastikan setelah ini dia akan mengomel.

"Kau lagi, kau lagi. Bisakah kau tidak mengganggu waktu kami, Facinelli?"

"Maaf, Riley. Aku janji ini akan menjadi kali terakhir," sahutku dengan kekehan di akhir.

Tapi aku tak sepenuhnya berbohong atau bercanda. Karena setelah ini aku akan meninggalkan mereka semua.

Aku dan Victoria kini berada di lapangan panahan. "Ada apa, Faci? Apa ada yang perlu aku bantu? Apa kau terluka?"

Aku menggeleng pelan. Lalu dengan sedikit terpaksa aku tersenyum. Setelah itu tanpa sadar aku memeluknya erat. Aku yakin Victoria terkejut, karena aku tak pernah suka skinship.

"Hey, what's wrong? Apa kau masih sedih karena harus merelakan Jacob?"

Aku menggeleng sebagai jawaban. Aku bisa merasakan air mataku mulai jatuh tetes demi tetesnya. Aku cengeng sekali.

Beberapa saat kemudian aku melepas pelukan dan menatap Victoria.

"Victoria, terima kasih banyak"

Dahinya mengerut, "Untuk?"

"Semuanya,"

"aku beruntung karena dipertemukan dengan mu. Kumohon maafkan semua kesalahan yang telah ku perbuat."

"Lobelia Facinelli. Kau sedang apa sebenarnya? Jangan seperti orang yang akan mati seprti ini," sahutnya dengan nada yang sedikit meninggi.

Wajar saja jika dia mulai panik dan berfikir kemana-mana, karwna detik selanjutnya aku melepaskan kalung ku.

Not The End [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang