Ellen is Precious

216 25 1
                                    

"Saran gue, kita kasih surprise aja sama Bu Anna di kantor" saran Fina.

"Apaan sih, Fin? Ribet banget. Nanti kita gak bebas kalau ngasih surprise di kantor" protes Kathryn.

"Gimana kalau di kafe aja? Biar estetik gitu" kata Gina.

"Boleh juga" kata Vivian setuju.

"Nah ada saran lain gak?" tanya Rian, sang ketua kelas kepada yang anggota kelas yang lain.

"Ya udah, daripada ribet-ribet, mending rayain di Hotel aja malam-malam. Gue yang bayarin hotelnya. Gimana???" canda Marcell.

Kathryn menepuk kepala Marcell. "Yang ada lo bercocok tanam sama anak orang bukannya ngerayain ultah guru kalau di hotel. Udah ah, gak usah aneh-aneh" kata Kathryn.

"Kayanya di kafe aja bagus deh" kata Daniel.

Kerumunan itu diam sejenak. Kelas mereka masih memikirkan bagaimana ulang tahun wali kelas mereka akan dirayakan.

"Fix nih di kafe? Ga ada yang mau nyaranin? Ellen diam aja dari tadi. Kalau menurut lo gimana? Biasanya kan saran dari lo keren" tanya Rian.

Gina memutar bola matanya dengan sinis, "Apaan sih lo, Rian? Ellen gak usah ikut dah, orang miskin nanti ngerepotin. Nanti makanan dan snack buat surprise, eh malah dia nanti yang makan" kata Gina.

Sontak seluruh kerumunan di kelas terdiam dan terkejut mendengar apa yang baru  saja Gina katakan. Ellen hanya menundukkan kepalanya. Ia berjalan ke belakang dan bersiap mengambil tasnya.

"Eh, mulut lo biasa aja dong, Gin" kata Prince membela Ellen.

"Ngapa lo, Prince? Lo jadi lebih bela Ellen daripada gue?" bentak Gina.

"Kalau iya ngapa emangnya?" bentak Prince balik.

Ellen yang sudah mengambil tasnya dari belakang, berjalan keluar dari kelas.

"Lo kok gitu, sih? Gue ini sahabat lo, Prince. Lo tega banget bentak gue"

"Lah, yang lo lakuin ke Ellen itu apa? Ellen itu sepupu kandung lo. Atas semua yang lo lakuin ke Ellen, lo pantes dibentak. Sampe lu ngapa-ngapain Ellen, lo berurusan sama gue" kata Prince.

"Arghhhh, anjing lu" teriak Gina.

Prince mengabaikan umpatan Gina dan segera mengambil tasnya dan berlari keluar mengejar Ellen. Sorot mata Prince berkeliaran mencari dimana keberadaan Ellen. Ia melihat Ellen duduk di kursi tepat di bawah pohon di halaman sekolah. Ia menghampiri Ellen dan menyentuh bahunya dari belakang.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Prince.

Ellen mengahadap belakang dan tersenyum tulus, "Gak apa-apa" jawab Ellen.

Prince beranjak duduk tepat di samping Ellen, "Serius kamu gak apa-apa? Kamu gak sakit hati dengar Gina ngomong gitu ke kamu?" tanya Prince.

Ellen tertawa pelan, "Nggak kok, tenang aja"

Prince mengelus-elus ubun-ubun Ellen, "Eh, kamu gak pulang?" tanya Prince.

"Eh, kata kamu kemaren kamu mau ngomong sesuatu. Mau ngomong apa emangnya?" tanya Ellen.

"Ngomongnya di tempat lain, ayo" ajak Prince sambil menarik tangan Ellen.

Prince membonceng Ellen dengan motor hitamnya dan membawa Ellen ke kawasan Mangga Dua. Saat sudah sampai, Ellen turun dari motor dan melepaskan helm dari kepalanya.

"Jadi mau ngobrolnya di sini?" tanya Ellen.

"Ini pemanasan dulu, ngomongnya nanti" jawab Prince sambil tertawa pelan

A Letter To Prince [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang