Part VI

856 58 1
                                    

"Mpphhh... Iya disitu mas" desah Elin ketika tangan Evan asik mengobrak-abrik intinya dengan jarinya.

"Enak? Hmm?" tanya Evan sambil mengocok pelan kemaluan Elin dengan jarinya, pertama-tama dia hanya menggunakan satu jari tengahnya, tapi Evan kurang puas sehingga dia memasukkan kedua jari tangannya.

"mas cepetinnn" suruh Elin tak tahan sehingga membuat Evan mempercepat kocokannya, tapi tiba-tiba Evan melepaskan jari tangannya dari inti Elin.
Evan memandang Elin dengan jenaka sambil menunjukkan pandangan smirk nya, Ia merasa puas karena telah mempermainkan Elin.

"Mas?" tanya Elin dengan wajah bingung, Elin bingung kenapa Evan tiba-tiba menghentikan kocokan pada intinya padahal sedikit lagi dia akan keluar.
Dia frustasi, dia ingin dipuaskan.

"Minta dengan baik" perintah Evan mempermainkan Elin yang sudah terengah-engah minta dipuaskan.

"Ck.." decak Elin kesal karena merasa dipermainkan oleh Evan, dia pun mendorong bahu Evan keras hingga kini Elin yang berada diatas tubuh Evan, karena Elin sudah tak tahan lagi, Elin pun segera mencium Evan kasar, mempermainkan lidahnya, memilin-memilin puncak dada Evan sekalian Elin juga menggoyang-goyangkan pinggulnya diatas intinya Evan. Hingga membuat Evan merasa tersiksa sekali. Sekarang dia yang dipermainkan oleh Elin, dia sudah tak sabaran memasuki Elin. Saat Evan ingin memasuki Elin.

"Kringgggg...kringgg" bunyi alarm keras membuat Evan tersentak dan bangun dari mimpinya.

"Hah, cuma mimpi!!!" Kata Evan frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya, Evan pun melihat kebawah, ternyata adiknya sudah tegak berdiri minta dipuaskan.

Evan pun segera bergegas pergi ke kamar mandi dan siap-siap untuk berangkat ke kantornya.
Evan punya rencana untuk menjumpai Elin ke cafe tempatnya bekerja, sewaktu jam makan siang nanti tiba. Evan ingin memberi hukuman kepada Elin karena semalam sudah berani meninggalkan nya sendirian dan pergi bersama pria lain.

"Berani sekali dia"

*****

Sedangkan itu di cafe tempat Elin bekerja, ada tatapan mata yang selalu memandangi Elin, tatapan nya seperti pisau tajam yang menghunus Elin saking tajamnya.

Dia memperhatikan gerak gerik Elin yang sedang bekerja, Elin sangat gesit melayani tamu yang lumayan ramai karena emang sekarang adalah jam-jam nya para pekerja untuk sarapan.

Orang yang memandangi Elin tadi pun duduk di kursi yang masih kosong.
"Pelayan" seru nya

Elin yang mendengarnya pun datang menghampiri pria tersebut.

"Iya tuan mau pesan apa?" tanyanya sambil menyerahkan menu yang ada di cafe itu.
Elin terperangah dan terpesona melihat ketampanan pria itu, "nasib baik apa aku bisa cuci mata pagi ini" batinnya terkekeh

"1 Tiramisu dan 1 Americano panas" jawabnya.

"Baik Tuan, ditunggu sebentar ya" balas Elin setelah selesai mencatat pesanan pria itu.
Elin pun pergi dan menyiapkan pesanan tuan yang sangat tampan tadi.

setelah selesai membuat pesanan mas ganteng tadi, Elin pun mengantar pesanannya ke meja nya.

"Ini tuan pesanan nya, silahkan dinikmati" ucapnya sambil tersenyum manis dan ingin berlalu dari sana lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Tunggu" kata pria itu.

"iya tuan, ada apa?" tanya Elin

Dendam Untuk si Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang