Terdengar suara ukulele di telingaku.
Kulirik ke pintu, ada pengamen disana.
Duduk dengan pakaian lusuhnya yang bolong disana sini.
Ramai menyanyi sambil memetik ukulele yang entah sudah berapa kali diganti senarnya.
Menghabiskan suara, menghabiskan tenaga berjalan kesana kemari mengejar angkutan umum,
Hanya demi sekeping perak.
Atau jika ada yang dermawan, mungkin seribu dua ribu.Mereka menyanyikan lagu yang begitu dalam maknanya.
Hanya saja kita tidak pernah memperhatikan.
Sibuk dengan barang elektronik masing-masing,
Tidak melihat tatapan lelah mereka.
Tatapan memohon kesediaannya menyisihkan sebagian uang.Maka terus bernyanyilah para pengamen itu
Dengan suara yang tidak bagus, tidak juga sumbang
Semua demi menyambung nyawa."Di jalanan bukan mainan
Di jalanan bukan pelarian
Di jalanan bukan sandaran
Di jalanan tempat kami cari uang
Di jalanan tempat kami tinggal.Susah mencari pekerjaan yang tetap
Setiap toko sudah kami datangkan
Jawabnya pakai uang jaminan.Perhatikan bila sedang di jalanan
Jalanan sore ini belum tentu menyenangkan
Yang pakai jam tangan awas nanti dihilangkan
Yang bawa handphone juga tolong jangan dipamerkanSalam dari kami, seniman jalanan."
••••••••••••••••••••••••••••••••
18 Februari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelajahan Pikiranku
شِعرKalau ku mengucap, tak ada yang mendengar. Tak sudi mereka memasang telinga-telinga pemberian Tuhan itu, Walau tak memakan waktu, tak sudi mereka. Kalau ku bersuara, bak pohon mereka membisu. Tak bergeming, tak menganggap. Hanya batu kerikil di pi...