-IM NOT FINE-
"Aku sangat membencimu. Sampai kapanpun, kebencianku terhadapmu tidak akan pernah hilang."-Nesya Safira.
********
"Sorry lama." Ucap Algi kembali duduk dihadapan Devan, ia tersenyum tipis seraya menyimpan ponselnya dimeja. Devan mengangguk paham.
"Untung inget. Nih." Algi menepuk dahinya lalu kembali menyalakan Ponselnya. Ia memperlihatkan sebuah gambar yang tertulis undangan pertunangannya.
"Maaf, kertasnya nggak dibawa. Jadi, baca aja lewat hp." Nada ucapan Algi merasa tidak enak. Devan tersenyum tipis seraya mengangguk pelan.
"Undangannya kayak mau nikahan. Mewah." Ucap Devan setelah membaca isi undangannya.
"Iya dong. Jangan lupa dateng, ya!" Suruh Algi kepada Devan yang langsung mengangguk cepat.
"Pasti." Devan menyahut dengan nada semangat.
"Nikahnya kapan?" Devan bertanya dengan raut wajah penasaran.
"Niatnya sih tahun depan. Tapi, nggak tau juga. Gimana nanti aja." Ujar Algi dengan nada santai.
"Oh, gitu." Devan mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Ah, iya. Aku mau bilang, setelah tunangan, aku tidak akan tinggal dirumah lagi. Aku belum sepenuhnya mapan, jadi aku akan bekerja di perusahaan ayahku. Aku juga akan tinggal di apartemen dekat dengan perusahaan. Aku minta tolong, tolong jaga Syla dengan baik. Aku tidak bisa menjaganya lagi." Jelas Algi panjang lebar, nadanya terdengar serius, tidak ada kebohongan sedikitpun.
"Hm, baiklah. Aku pasti akan menjaganya." Ucap Devan mengangguk yakin dengan ucapannya. Algi tersenyum tipis.
"Thanks." Algi pun berdiri dari duduknya hendak pergi keluar dari Cafe. Namun Devan tiba-tiba memanggilnya.
"Tunggu." Ucap Devan seraya berdiri dari duduknya.
"Ada apa?" Tanya Algi bingung.
"Orang tuamu ada dirumah?" Tanya Devan kepada Algi yang semakin bingung dengan pertanyaannya.
"Ada. Memangnya kenapa?" Algi malah bertanya setelah menjawab pertanyaan dari Devan.
"Aku mau bicara dengan mereka." Ujar Devan seraya mengambil ponselnya dimeja dan memasukannya kedalam saku celana.
"Apa?! Sungguh?!" Algi terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Devan barusan.
"Hm, ya. Ayo kita pergi bersama. Kau mau kerumah, kan?" Devan berujar seraya menarik tangan Algi menuju keluar cafe.
"Tunggu. Jangan. Jangan menemui mereka sekarang." Suruh Algi seraya melepaskan tangan Devan yang menarik pergelangan tangannya.
"Kenapa?" Tanya Devan dengan raut wajah tidak mengerti.
"Kau masih Sma. Aku menemui orang tua calon tunanganku saat aku kuliah semester empat. Jika kau menemuinya sekarang, apa yang akan kau katakan? Kau akan mengatakan omong kosong?" Tanya Algi dengan nada mengomel. Devan diam seraya berfikir, benar juga apa yang dikatakan oleh Algi.
"Kau benar. Aku harus menemui orang tua Syla saat aku sudah mapan." Ujar Devan tersenyum tipis, ucapannya diangguki oleh Algi.
"Makasih, kau seperti abang untukku." Ucap Devan masih dengan senyum tipisnya.
"Jika aku seperti abang bagimu. Panggil aku abang. Dan, seharusnya kau bersikap sopan kepadaku. Aku lebih tua empat tahun darimu." Tegas Algi seraya membalas senyuman Devan. Devan mengangguk paham. Rasanya seperti ia memiliki seorang kakak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT FINE (TAMAT)
Teen Fiction-Maaf penulisannya masih acak-acakan. Akan direvisi nanti :) ***** Namanya Syla Aulia, gadis berusia tujuh belas tahun yang harus menerima kenyataan pahit. Dua saudaranya membencinya tanpa mengatakan alasan kepadanya. Memang benar adanya, takdir keh...