Terbawa Arus

1 0 0
                                    

Bel istirahat berbunyi nyaring. Semua siswa sangat gembira dan bergegas membereskan buku yang berserakan di atas meja. Semuanya  dengan gerak cepat berhamburan keluar kelas.

Riuh canda tawa menghiasi kebersamaan saat jam istirahat tiba. Berbagai aktivitas menjadi alternatif siswa dan umumnya memilih mengisi perut di kantin. Yah ... kantin tempat terfavorit saat jam istirahat tiba.

Safrizal tak ketinggalan bersama dengan gengnya. Mereka sudah berada satu meja dengan canda dan diskusi entah berantah.

“Enaknya, kita enggak usah masuk setelah jam istirahat,” Zahrul membuka obroran di antara mereka.

“Ok banget ... pelajaran apa kita setelah ini?” Safrizal menambahkan.

“Enggak penting siapa yang masuk. Yang penting itu, kita bisa bolos dan main game online, gimana Zal? Kita harus kompak, iya kan?”

“Oh, bereslah aku setuju,” Safrizal memberi dukungan kepada sahabatnya.

Mereka pun mengangkat tangan lalu saling toss pertanda kata sepakat sudah tercapai.

Bel berbunyi kembali, pertanda waktu masuk kelas sudah tiba kembali. Satu persatu siswa meninggalkan kantin dan tempat tongkrongan lain dan menuju ruang kelas masing-masing. Namun Safrizal bersama konco-konconya tidak mengubris bel berbunyi. Kesepakat telah dibuat tinggal menjalaninya sesama satu kelompok.

Proses pembelajaran di kelas segera mulai. Satu persatu siswa dipanggil oleh bu Susi. Tinggal beberapa nama yang tidak menyahut termasuk Safrizal, Zahrul dan Fakhrurrazi.

Ibu Susi membiarkan kolom nama mereka kosong beberapa saat sambil menunggu mereka masuk. Setelah mengabsen nama siswa, ibu Susi langsung memulai dengan apersepsi pembelajaran. Tahap demi tahap pembelajaran telah dilakukan tetapi hingga dua puluh menit berlalu Safrizal dan kawan-kawan belum muncul.

“Baik, apa kalian tahu Safrizal dan kawannya yang belum masuk ada di mana?” Tanya bu Susi kepada seisi ruangan.

“Tadi adanya di kantin, Bu,” respon Maulida.

“Iya, Bu. Mereka semua ada di kantin. Tadi sempat saya dengar mereka memang sudah berencana tidak masuk,” tambah Abrar.

“Apa yang mereka lakukan di sana?” Tanya bu Susi.

“Biasa Bu. Jika mereka udah gabung tiga pasti main game, Bu,” jelas Jufri.

“Ooo gitu, baiklah kalian lanjut mengerjakan tugas. Ibu tinggal sebentar. Tertib, aman dan tak ada yang keluar kelas,” perintah bu Susi kepada semua siswa.

Bu Susi segera meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin. Disisirkan pandangannya kesegala arah kantin. Tampak dari jauh tak ada seorang siswa pun ada di sana. Bu Susi terus berjalan untuk memastikan keberadaan ketiganya. Bu Susi bermaksud ingin menanyakan keberadaan mereka yang belum masuk kelas  kepada wak Ti penjual kantin.

Sekelebat bayangan baju putih terlihat dari balik pohon mangga membuat bu Susi penasaran. Dia mengabaikan langkanya untuk bertanya kepada wak Ti.

Secara mengendap-ngendap dan berjalan tanpa suara bu Susi mendekati pohon mangga dari belakang. Bu Susi bergerak cepat dan cekatan. Hup ... dia merebut HP yang sedang di pegang oleh Safrizal juga Zahrul yang sedang asyik bermain game online.  Mereka bertiga terperanjat dan terkejut juga tak berdaya.

“Di sini kalian rupanya ... bolos dan main game di saat jam belajar.”

Muka Safrizal berubah menjadi tegang begitu juga dengan kedua kawannya. Mereka mengagaruk-garuk kepala yang tidak gatal, berwajah tak karuan karena ketangkap basah. Dari posisi duduk mereka bangkit secara bersamaan.

“Ayo, ikut Ibu ke kantor. HP ibu sita,” lanjut bu Susi.

“Bu ... jangan sita HPku,” Safrizal berkata sambil mendekati ibu Susi dan hendak mengambil kembali HP yang ada dalam genggaman bu Susi. Secepat kilat juga bu Susi memasukkan HP ke dalam kantong rok agar tidak bisa lepas begitu saja.

"Bu, aku baru hari ini tidak masuk jam ibu, biasanya 'kan masuk," jelas Zahrul.

"Emang boleh masuk kelas sesuka udelmu?" Bu Susi berkata dengan nada emosi.

“Ayo .. tunggu apalagi. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Kamu Safrizal ... udah malas kesekolah malah bolos  main game, ngajak teman lain lagi. Kalian berdua, kenapa ada di sini juga?” Bu Susi bertanya.

“Memang Zahrul tadi yang ngajak aku tidak masuk Bu,” Safrizal berkata membela diri.

“Tidak begini tidak begitu, sekarang ke kantor menghadap WAKA Kesiswaan. HP ibu sita untuk beberapa hari.”

“Jangan Bu. Janji Bu, enggak lagi, hari ini saja.” Safrizal berusaha memperoleh Hpnya kembali.

Sedangkan kedua temannya hanya bisa pasrah tanpa berkata banyak dengan muka cengar cengir. HP mereka juga bernasib sama tetapi tidak berani melawan.

Bu Susi tidak mempedulikan lagi rengekan Safrizal. Dia terus berjalan menuju kantor sambil memberi aba-aba agar mereka segera mengikutnya. Safrizal beserta dengan kawannya dengan terpaksa mengikuti apa yang di mau bu Susi.

Sesampai di kantor bu Susi menyerahkan permasalahan mereka ke WAKA Kesiswaan lalu kembali lagi ke ruang kelas yang sempat ditinggalkannya.

Kini tinggal Safrizal beserta dengan kedua kawannya yang menunggu di interogasi. Setelah ceramah panjang kali lebar dari pak WAKA Kesiswaan, mereka pun harus menerima denda membersihkan WC. Dengan perasaan apes, mereka melakukan tugas yang diberikan dan bertambah kecewa juga kesal karena HP baru kembali lagi esok harinya.

TERPEDAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang