1-Sebuah Pertanda

8 2 0
                                    

       Hari itu selepas melakukan siaran radio, langit tampak mendung terlihat seperti memberi isyarat akan terjadinya sesuatu. Sayangnya tak ada seorang pun yang menyadari pertanda ini. Mereka hanya asyik mengobrol diruang siaran sambil memuji ketika kebanggaan mereka baru saja menyelesaikan siaran radio.

"Wihhh keren banget siaran hari ini. Jadi gimana kamu mau kan jadi penyiar tetap di radio kita?" Ujar bang Agus ketua tim pemancar radio.

"Insya Allah.."

       Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya terpotong lah dengan ucapan kak Via yang sepertinya ingin merekomendasikan sesuatu.

"Ehh bentar jangan asal iyain aja. Gimana kalo kamu ikut studi 'One Season of Soul' jadi ini semacam perjalanan satu musim dimana kamu bisa belajar tentang minat dan bakat kamu disana bakal ada kelas sesuai passion dan kebetulan tahun ini tentang penyiaran radio. Gimana kamu berminat? Ayo dongg bantuin Project tahunan kita hehe."

       Kak Via merupakan seorang konsultan yang akrab dengan sebutan 'My Passion is Future' yang dikhususkan untuk anak muda dalam menggapai mimpinya. Saat ini timnya tengah mempromosikan project baru dimana nantinya mereka akan diberangkatkan ke luar negeri untuk menjalani studi.

"Dih malah promosi dia. Kita ini lagi butuh penyiar tetap supaya pemancar kita bisa bertahan di era sekarang."

"Ngga gitu bang. Kan dengan dia belajar studi selama satu musim, kita bakal dapet ide baru dan nantinya radio kita bakal semakin berkembang. Jadi gimana Lulana, kamu mau kan?"

       Melihat keduanya saling beradu argumen, Lana hanya berdiam memandangi dengan muka bingung. Tak lama berselang seorang lelaki dengan tubuh jangkung memasuki ruangan dengan pintu setengah terbuka yang mau tak mau menghentikan perdebatan keduanya.

"Dek ayok pulang."

*****

       Malam itu hujan turun begitu saja membasahi trotoar dan meninggalkan bekas rerintik yang tiada siapapun tau menjadi awal luka. Para pejalan kaki sibuk mencari halte terdekat untuk melindungi diri dari hujan, sayup-sayup nampak lampu pinggir jalan terlihat buram tertutup embun dalam kaca mobil.

       Seorang kakak duduk di kursi stir dengan adik disebelahnya yang tanpa ia sadari tengah bertarung dengan isi kepala.

"Kak aku mau ikut perjalanan studi semusim."

"Hmm. Yaudah ikut aja gapapa."

       Yang diajak bicara malah seperti acuh tak acuh membuat Lulana kesal.

"Kak..!"

"Dek,kamu mikirin dia yang belum tentu mikirin kamu. Buat apa mbebanin diri dan menghambat masa depanmu buat dia?"

"Dia sahabat aku." Ucapnya disertai muka murung tanda tidak yakin.

       Mendengar pengelakan adiknya yang sering kali ia dengar membuat Liam,Kakak Lulana buang muka dan memilih menambah kecepatan mobil menerobos derasnya hujan agar segera sampai rumah.

      

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Snow with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang