" Abang ayo buka puasa."
Baheera merasa panik, pasalnya Taya tak ingin buka puasa sedari tadi. Sedangkan sekarang sudah pukul 11.45.
" Tunggu adzan Mama. Belum maglib ini." jawannya cemberut.
Kan Taya niatnya mau puasa sampai magrib. Ummm, tapi Taya nggak yakin sih kalau kuat. Pokoknya kuat-kuatin saja dulu sekarang.
Tapi masalahnya mamanya sudah menyuruhnya berbuka sedari tadi.
Tidak seru.
" Masih lama loh magribnya. Ini Abang buka saja yah nak sampai adzan dzuhur. Sebentar lagi. Jam 12.00 yah."
Bukannya apa-apa, Baheera merasa khawatir. Putra gembulnya itu masih bocah piyik. Belum ada kewajibannya untuk menjalankna puasa sampai magrib.
Setelah konsultasi dengan DSA, memang Taya sudah boleh belajar puasa. Pastikan gizi seimbang agar pertumbuhannya tetap optimal.
" Okee deh. Mau maam cookies..." pintanya menyerah.
Sepertinya Taya mulai lapar. Perutnya mulai berbunyi. Untung waktunya bertepatan dengan bujukan sang mama. Kan Taya tak perlu gengsi bilang kuat puasa.
" Minum air putih dulu yah. Boleh makan cookies, nanti Abang mau makan apa selain cookies?"
" Emmmmm, maam spaghetti boleh?" jawabnya berpikir lama. Sampai berhenti main loh Taya mikir mau makan apa.
" Boleh, Mama masakain buat Abang yah."
" Huuh, telimakasih Mama." ucapnya manis.
Kadang Taya tuh kalau lagi manis, jadi super manis. Namu kadang, kalau sedang rewel bisa jadi sangat menyebalkan.
Keras kepala.
" Mama ndak buka puasa kayak Taya?" tanyanya menghampiri sang mama.
" Mama sama Ayah tunggu magrib buka puasanya."
" Kok ndak belajal telus? Kata Ayah kemalin kemalin lama itu halus belajal setiap hali. Taya masih belajal telus puasanya."
Err bocah gembul itu protes, soalnya ayahnya pernah bilang belajar itu dilakukan sepanjang masa. Selama hidup di dunia ini.
Jadi selamanya kan?
" Mama sama Ayah kan sudah besar, sudah kuat kalau puasa sampai magrib."
" Tapi kan Mama halus belajal telus." protesnya lagi.
" Habis makan, Mama jelasin yah. Tapi benar kok Abang puasanya masih belajar. Nah kalau belajar itu selama hidup kita, tapi kalau puasa setengah hari bolehnya waktu kecil seperti Abang. Nanti Mama jelasin lagi yah."
" Huummm, oke. Ntal halus bilang sama Ayah juga. Ndak belajal telus puasa. Ayah ndak kecil itu." pintanya sok menasehati.
Dasar bocil.
Oke, mungkin Baheera dan Byakta salah menjelaskan makna belajar secara umum dan belajar puasa. Jadi Taya salah menangkap maksud dan tujuan orangtuanya.
" Abang minum air dulu ini, sudah jam 12.00 nih. Wahh pintar banget puasanya hari ini. Setelah makan nanti boleh lanjut puasa."
Baheera menuntun putranya agar duduk ketika minum. Segera membuatkan makanan yang diinginkannya.
" Ahhhhh, segal....."
Taya merasa segar setelah minum. Akhirnya makan juga.
" Makan kurma mau?" tawar Baheera.
Jadi seorang ibu harus serba bisa. Bisa melakukan banyak hal diwaktu yang bersamaan.
Bisa masak sambil jaga anak, sambil merapikan rumah, atau melakukan kegiatan lainnya.
" Mauuuu...." Taya menerima uluran piring kecil berisi beberapa biji kurma.
Pada akhirnya Taya tidak puasa sampai magrib. Sejujurnya apakah Taya kuat? Byakta dan Baheera sendiri tidak memaksa, DSAnya juga belum menyarankan untuk puasa sehari penuh.
Mungkin Taya bisa saja kuat, tetapi sebagai orangtua ada kekhawatiran yang dirasa oleh mereka.
Jadi orangtua juga harus tega, dalam hal mendidik dan mengajarkan kebaikan serta tidak melanggar hak yang harus didapatkan anak.
Tidak memaksa.
" Selamat berbuka, Mama temani makan yah."
" Yaiiii, maam spaghetti. Yummi Mama, Mama mau ndak maam? Telimakasih."
Pokoknya kalau Taya lagi manis begini sangat menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Nataya
Short StoryTaya datang lagi dengan cerita bertemakan Ramadhan.. Kali ini Taya mau belajar puasa, Mama sudah bilang kalau sudah Abang harus belajar puasa. Dulu Taya pernah belajar puasa kok, tapi lupa. Eummmm kata Mama sama Ayah nanti tetap belajar sampai banya...