CHAPTER 15

452 79 277
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atensi si munafik kirana tak lepas seinci pun dari si tukang jaga imej yang kini duduk tanpa melunturkan kurva di labiumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atensi si munafik kirana tak lepas seinci pun dari si tukang jaga imej yang kini duduk tanpa melunturkan kurva di labiumnya. Jiya tidak tahu, tidak paham, danㅡsumpah, si Do Ryuha ini kenapa, sih? Jiya tidak mau memikirkan premis cemar soal apa yang menimpa Ryuha. Namun, ini apa? Setelah menghilang secara mendadak seperti setan, lalu tinggal di hutan selayaknya tarzan, sekarang wanita yang tak kalah sinting dari Jiya itu tengah mengandung?

Lantas, Jiya berujar, "Garba kamu ini kena tumor, ya?"

Ryuha tak langsung memberi balasan konkret selain memutar bola matanya. Kemudian, tahu-tahu Ryuha malah mengambil seloki yang sudah diisi soju dan langsung ia siramkan ke daksa Jiya dengan senyuman yang masih terpasang elok di bibirnya. Jelas, jangan ditanya, Jiya sontak membiarkan bola matanya membola hingga nyaris loncat keluar.

"Sumpah, kau ini punya masalah hidup apa, sih?" berang Jiya. "Aku datang ke sini baik-baik, Brengsek!"

Ryuha terkekeh. "Aku hanya tidak terima dengan leksasimu. I'm expecting a baby, bukan tumor, Cantik." Perempuan tersebut melayangkan diktum afirmatifnya sembari menyentuh garbanya yang sebetulnya belum kelihatan besar. Air mukanya menunjukkan guratan bangga, senang, dan seolah tidak punya problematika hidup.

Padahal kalau mengingat memoar lama, Ryuha juga pernah mengatai Jiya terkena tumor di perut, meskipun aslinya tengah terisi investasi dari Taehyung. Dulu Jiya marah. Untungnya ada Taehyung, jadi setidaknya Jiya masih bisa mengontrol emosi. Dan pada kenyataannya, Taehyung yang marahㅡtidak terima kehamilan Jiya disebut tumor.

Well, Jiya dan Ryuha memang memiliki tradisi saling membalas atau menyindir.

Jiya menguar napasnya. "Siapa bapaknya?"

"Nam Yoongi. Peliharaan kesayanganmu. Karyawan bejadmu."

Si munafik kirana itu kapabel merasakan rahangnya jatuh. Ia terkejut sekaligus mencoba untuk menahan emosi. Tidak tahu emosi kenapa.

Setahu Jiya, selama Ryuha bekerja dengan Jiya sebagai duta, Ryuha tidak terlihat akrab dengan si karyawan genit itu. Sungguh. Tidak dekat sama sekali. Saling menyapa saja tidak pernah, apalagi sampai ke tahan intim seperti ini. Mustahil sebetulnya.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang