CHAPTER 16

430 82 238
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Taehyung. Maaf.”

Lagi-lagi Jiya menunjukkan ketololannya dengan cara mendatangi Taehyungㅡnampak khawatir, merengek minta maaf, dan terlihat mendetonasikan afeksi. Padahal jelas sekali bagaimana Jiya acapkali menggemakan diktum bahwa ia membenci si papa durjana itu. Terlihat dungu sekali, kan?

Jiya sebetulnya sudi dan tidak sudi untuk memasukkan daksa kembali ke papan milik Taehyung. Jiya itu bukan orang imbesil, mungkin. Bisa saja Taehyung membelasah Jiya dengan pusat daksanya sampai Jiya mampus dan menangis kesakitan sebab adam itu tahu kalau Jiya meluluhlantakkan hatinya. Namun, entah ifrit mana yang masuk ke daksa Jiya, tahu-tahu kenya itu sudah berada di samping tubuh Taehyung yang sama babak belurnya dengan Jungkook. Seolah tidak peduli dengan nasibnya sendiri.

Hingga pada akhirnya Jiya tahu, Taehyung tidak gegabah seperti dulu. Mungkin ia marah soal relasi romantis antara Jiya dan Jimin—dan juga Jungkook. Namun, semenjak Jiya di sini, anehnya Taehyung tidak menyinggung dan membahas soal itu. Dia bungkam soal itu seolah sedang pura-pura jadi person tolol. Secara harfiah, itu mutlak membuat Jiya heran lantaran Taehyung itu memiliki tingkat emosi yang sangat-sangat tinggi. Mustahil kalau Taehyung bisa bersabar seperti sekarang. Tetapi, setidaknya, hal itu menguntungkan di jihat Jiya.

Beberapa menit terdiam, Taehyung kemudian menarik Jiya untuk lebih merapatkan diri pada daksa Taehyung. Ia memberi dehaman serak, lantas berujar, “Terima kasih sudah datang, khawatir, dan menjadi medikamen untukku.”

Khawatir? Jiya khawatir pada Taehyung? Jiya hanya merasa bahwa apa yang menimpa Taehyung itu salah Jiya, jadi mana mungkin Jiya mengabaikan itu. Terlebih sebab si tukang porot itu suka sekali membelasah orang sampai nyaris meninggal, mana mungkin Jiya mengabaikan Taehyung. Meskipun notabenenya Taehyung itu mantan petinjuㅡdi samping itu dia ahli dalam Muay Thaiㅡ, Jiya tetap takut. Bukan soal keahlian, memang pada dasarnya Jungkook itu suka gegabah seolah meremehkan nyawa orang lain.

Tetapi, well, kalau dilihat-lihat, kondisi Taehyung lebih baik daripada Jungkook. Untungnya.

“Kamu meninggalkan Jisa sendiri?” tanya Taehyung.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang