Dingin, hanya satu kata itu yang terlintas dalam benak Huang Renjun detik ketika dia membuka mata. Merasakan angin menerpa kulitnya. Seolah kehangatan yang senantiasa menemaninya kini direnggut, meninggalkan raga tanpa dapat berbuat apa pun. Renjun tidak tahu apa yang harus dilakukannya ketika tungkai berbalut celana panjang tipis itu bergerak membelah jalan yang lengang, begitu sepi.
Keheningan yang mencekam.
Hampir membuatnya kembali merasakan kejadian sebelum segala sesuatu berubah hitam. Dia mengeraskan rahang. Kilatan kecil menyapa indra penglihatan diiringi bunyi nyaring sewaktu pemuda malang itu mencoba mengingat, mencari apa pun yang terjadi sebelum ini. Alasan dari terdamparnya tubuh di atas jalan yang dingin hanya dengan sepotong kaus hitam tipis.
Mendesah, Renjun memaksa diri untuk bergerak membelah hiruk-pikuk yang semula disukainya. Keningnya mengerut ketika menyadari tidak ada satu pun dari mereka yang menaruh perhatian pada dirinya- bukan, Renjun tidaklah gila perhatian, tetapi manusia itu sejatinya tertarik pada sesuatu yang aneh, sesuatu yang berbeda. Sehingga ketika hukum itu tidak lagi berlaku membuat dia merasa tidak terlihat, transparan di antara lautan manusia.
Menghela napas, Renjun mempercepat langkah. Hampir menabrak seseorang di hadapan sebelum dia menelan saliva dan menyingkir dengan cepat. Keningnya kembali mengerut, menyadari hal lain yang baru. Tubuhnya jauh lebih ringan daripada biasanya, seolah bukan hanya kehangatan yang direnggut tetapi bobot tubuhnya ikut menguap di udara dingin.
"Apa kau tersesat?"
Dia mengerjap, mengedarkan pandang lantas berbalik untuk menemukan seorang gadis dengan tinggi yang tidak jauh berbeda. Bibirnya menipis, memperhatikan tampilan eksentrik gadis itu. Kaus hitam besar dipadukan celana training serupa yang hampir menyentuh aspal yang lembab. Pakaian itu mungkin terlihat biasa, tetapi, di malam musim gugur, Renjun meragukan kain katun itu mampu menghalau dinginnya udara malam. Bukankah saat ini suhu udara hampir menyentuh angka belasan.
"Kau ini hantu atau manusia? Atau setan?" Gadis itu mengambil langkah mendekat, menyampirkan rambut yang berwarna ungu tua, hampir menyerupai anggur yang kerap diminumnya ketika merasa lelah dan kehabisan ide untuk melukis. Menorehkan warna pada kanvas putih.
Dia berjengit lalu mengambil langkah mundur. Tampak berhati-hati.
Gadis itu kemudian berhenti, menyilangkan lengan di depan tubuh selagi diam memperhatikan. Tidak lama, senyum tipis terukir, senyum yang memberi sengatan dan mengaktifkan peringatan dalam benak. Membuat Renjun hendak mengambil langkah pergi, hendak menjauh dari apa pun bahaya yang akan menghampirinya ketika seseorang melintasi dirinya.
Benar-benar melintas. Menembus.
Dia menelan saliva, menatap horror apa yang baru saja terjadi seolah apa yang dilihatnya ialah ilusi semata, ilusi akibat rasa dingin yang tertinggal di kulit.
Gadis itu terkekeh, menyingkirkan tubuh dan memberikan jalan bagi sosok yang baru saja melewati tubuh kaku Renjun. Mengangkat satu alis lalu mendesah pelan ketika menyadari wajah yang semakin pucat. Meyakini diri jika Renjun bukanlah sosok berbahaya yang dapat mengancam nyawanya.
"Selamat datang di dunia yang hidup dan mati."
Kali ini senyum itu berbeda, mengantarkan makna yang berlawanan. Renjun dapat menangkap kepahitan dalam nada bicaranya, menilai jika gadis itu tidak menikmati apa pun temuannya pada diri Huang Renjun.
Dan, sesuatu itu pastilah tidak akan menjadi berita menyenangkan. Apakah dirinya praktis sudah meninggal sekarang? Bukankah seharusnya dia berada di tempat lain kalau begitu atau setidaknya mendapat kilas balik mengenai kehidupannya, bukan menjadi hantu atau arwah yang bergerak secara bebas di dunia antah berantah.
Apa tadi sebutannya, dunia yang hidup dan mati? Dunia yang berbeda dengan bumi 'kan?
Gadis itu membasahi tenggrokannya, menggigit bibir ragu selagi memperhatikan dengan seksama Renjun yang berdiri penuh pertanyaan di hadapannya. Entah apa yang berada di pikirannya, tetapi Renjun setengah berharap jika gadis itu akan mengulurkan tangan untuk membantu.
"Apa, kau mengenalku?"
Renjun merutuki diri sendiri, memilih kalimat yang tampak ofensif kepada satu-satunya kemungkinan penyelamat dalam hidupnya. Menghela napas, dia menggaruk tengkuk. "Maaf, maksudku. Apakah kau mengetahui apa yang terjadi saat ini?" Dia merendahkan kalimatnya. Menunjukkan kerapuhan dalam nada yang digunakan.
"Huang Renjun ya? Kau menarik," ungkap gadis itu. Tidak memberi jawab atas kuriositas sang pemuda. "Aku dapat melakukan sesuatu untuk keadaanmu. Tetapi, dengan satu syarat."
Renjun melebarkan mata, senyum merekah terlalu cepat di wajah. Tidak dapat menutupi kegembiraan yang kini memenuhi relung hati. Menyorakkan kebahagiaan dalam diam.
"Apa pun itu."
Gadis itu memasukkan tangan dalam kantung. Membiarkan bagian tubuhnya itu tenggelam di dalam. Tidak lagi terlihat. "Kau harus berhati-hati ketika menggunakannya. Terlebih di tempat seperti ini."
Renjun menelan saliva gugup. Sudah berapa banyak dia melakukan kesalahan malam ini? Meski tidak terlalu mengingat bagaimana kehidupannya sebelum ini, Renjun merasa yakin jika kata salah hampir tidak menyentuhnya.
"Aku dapat membuatmu kembali hidup," ucapannya dibiarkan menggantung. Mempelajari perubahan ekspresi Renjun. Ikut tertawa pelan. "Meski itu bergantung pada harapan hidupmu. Apa yang kau inginkan sebelum kematian menjemput?"
Dan, sekali lagi, Huang Renjun berbuat kesalahan, menelan saliva gugup.
"Aku," ucapannya tertahan. Mencoba mencari kata yang tepat demi menolong situasinya. "Melupakan segalanya."
akhirnya rampung juga hehe, apa ada yang penasaran?😶
kisah yang satu ini sudah hampir rampung sebagian, di mana artinya aku sudah memiliki gambaran terkait latar belakang sekaligus apa-apa saja yang akan terjadi di sini.
setelah dipertimbangkan, aku memilih tetap menggunakan renjun sebagai wajah tokohnya karena mv boom ini :')
secara garis besar, cerita ini akan sedikit banyak berkutat di genre misteri dan semi fantasi dengan nuansa spirited away(?) apa ada yang menonton film itu? meski, kurasa tone yang cocok di sini lebih gelap dan (semoga) menegangkan.
last, tidak perlu sungkan berkomentar ya hehe. entah itu kritik maupun saran♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Wish 彡H. Renjun
FanfictionRenjun yang terbangun sebagai arwah gentayangan dipertemukan dengan seorang gadis bernama Maera yang menawarkannya sebuah kesepakatan; kembali menjadi manusia.