Part 40

15.6K 1.4K 28
                                    

Alvin dan Shayna kini duduk berhadapan dengan ahli hukum mendiang ayah Alvin. Setelah seminggu lebih tertunda karena mereka mengurus berkas pernikahan mereka, kini saatnya Alvin mengambil peninggalan ayahnya yang tertahan. 

"Ibu Shayna bisa tanda-tangan di sini, di sini, di sini." Pria paruh baya bernama William yang menjadi Ahli hukum ayah Alvin menunjukkan beberapa berkas yang harus ditandatangani Shayna. 

"Kayaknya anak papa saya itu Shayna ya, Pak," canda Alvin membuat William tertawa. 

Sedari tadi Alvin hanya menandatangani 2 berkas. Sedangkan Shayna sudah seperti seorang esksekutif dengan bundelan yang menunggu di meja kantor. 

"Semua berkas sebagai syarat pengklaiman peninggalan Pak Marli sudah lengkap. Tanda tangan dari pihak yang berkepentingan juga sudah ada. Saya sekarang bisa memberi semua peninggalan beliau." 

Pria itu mengeluarkan beberapa bundel map dari tasnya. Ia menyerahkan bundel map tersebut dan sebuah kertas berisi wasiat dari Marli. 

"Bisa dicocokkan dulu dokumen yang ada dengan list yang ditulis sendiri oleh mendiang Pak Marli," pinta William. 

Alvin membuka satu persatu berkas itu. Beberapa kali keningnya berkerut. "Bapak yakin? Ini semua peninggalan ayah saya?" tanya Alvin setelah mengecek semua berkas yang ada. 

Mendengar pertanyaan ragu Alvin, Shayna menjadi penasaran. Memangnya ada yang salah? Atau kurang? 

"Iya, itu semua peninggalan beliau," jawab William sambil tersenyum. 

"Peninggalan ayah saya sebesar ini? Ga mungkin pak! Kami saja dari dulu hidup ga pernah berlebihan." Alvin seakan ragu dengan apa yang baru ia terima. 

"Lho memang itu yang ditinggalkan Pak Marli dan selama ini saya jaga. Sebenarnya ada satu lagi."

Belum tuntas kekagetannya karena jumlah peninggalan ayahnya, kini William sudah mengeluarkan sebuah buku kecil yang memiliki gembok. 

"Ini buku agenda khusus yang hanya bisa dibuka oleh Alvin. Yang boleh tau tentang keberadaan agenda ini hanya Alvin dan juga Shayna. Ibu, serta adik-adik Alvin tidak boleh mengetahui tentang peninggalan yang satu ini. Begitu kata Pak Marli pada saya dulu." 

Shayna yang duduk di samping Alvin menjadi semakin penasaran. Apa boleh dia menanyakan kenapa Alvin tampak tak percaya? Atau mengapa ada agenda yang terkunci khusus untuk Alvin? Boleh tidak mencampuri urusan Alvin sejauh itu walaupun Alvin adalah suaminya? 

Saat perjalanan pulang pun, Alvin hanya diam. Seakan tak percaya apa yang baru ia terima. Rasa penasaran Shayna semakin memuncak. 

"Kak, emang ada yang salah sama peninggalan papa? Kenapa lo kayak masih ga percaya gitu?" tanya Shayna memberanikan diri untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya. 

Hembusan nafas Alvin terdengar. "Ga gitu Na. Rasanya kayak ga mungkin aja papa ninggalin sebanyak itu," jawab Alvin. 

"Apa gue boleh tau berapa? Kenapa lo sampe ga  percaya gitu?" tanya Shayna pelan. 

"23 Milyar," jawab Alvin tanpa ragu. 

Mulut Shayna ikut menganga. Ia tak pernah berfikir jika yang ditinggalkan sebanyak itu. Pantas saja jika orang tua mereka sangat memaksakan Alvin untuk menikahi Shayna. Ternyata nominalnya pun tidak main-main. 

Tapi sepertinya tebakan Shayna salah. Karena ketika mereka berempat berkumpul diruang makan, Ibu Alvin pun sama kagetnya dengan Alvin tadi siang. 

"Yang bener aja?! Mama aja ga tau." tanya Ibu Alvin tak percaya ketika meneliti berkas-berkas itu. "Alvin aja kaget ma. Tanya Shayna. Tadi Alvin sampai tanya berkali-kali buat pastiin ke ahli hukum papa," ungkap Alvin. 

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang