Mereka berdua sampai di tempat yang dimaksud oleh Rian yang tak lain adalah salah satu mall besar di kota Jakarta dan sering kali menjadi rujukan para penggila shopping. Citra yang belum pernah pergi gedung besar di depannya memandang bingung gedung apa itu dan kenapa banyak sekali pengunjungnya. Tulisan "MALL" yang terpampang jelas di depan gedung itu pun masih tidak cukup untuk membuat Citra mengerti gedung apa yang ada di depannya.
"Kak, ini tempat apa? Kita ngapain kesini?"
Rian menanggapi pertanyaan Citra dengan senyuman manisnya tanpa memberikan jawaban membuat Citra tambah bingung. Tanpa berkata apa-apa, Rian langsung menarik tangan Citra yang sedari tadi digandengnya untuk memasuki gedung tersebut.
"Ayo masuk, nanti kamu juga tahu sendiri di dalam."
Citra pun akhirnya menurut saja dan berjalan mengikuti Rian memasuki Mall. Setelah berada di dalam, Citra pun terkagum dengan apa yang ada di dalam mall. Banyak toko di sana sini yang menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian, aksesoris, perlengkapan kantor dan sekolah, sampai elektronik.
Di mata Citra, tempat yang di datanginya kali ini lebih terlihat seperti pasar, hanya saja perbedaannya tempat ini jauh lebih bersih dari pada pasar yang pernah dia datangi di kampungnya. Bahkan secuil sampah pun tidak terlihat dan lantainya yang terbuat dari keramik sampai bisa dia gunakan untuk melihat bayangan pantulan dirinya layaknya cermin.
"Kak Rian, kita sekarang ada di pasar ya?" tanya Citra ke Rian dengan polosnya.
Pertanyaan Citra membuat Rian terkekeh sejenak sambil menutupi mulutnya dengan tangan kanannya yang tidak dia gunakan untuk menggandeng Citra tanpa menghentikan langkahnya. Citra sendiri bingung melihat Rian yang tiba-tiba tertawa kecil, karena bagi dirinya tidak ada yang lucu sama sekali. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya?
"Kamu beneran gak tahu ya Cit?"
Citra menggeleng polos, bagaimana dia tahu kalau dirinya saja tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Tapi memang benar kan kalau tempat ini terlihat seperti pasar?
"Pertanyaan kamu benar dan salah."
"Benar dan salah?" Tanya Citra yang semakin bingung dengan jawaban Rian.
"Kamu benar tempat ini berfungsi selayaknya pasar bagi orang-orang di kota. Tapi orang-orang di kota lebih suka menyebutnya dengan 'Mall' dari pada pasar. Karena ada perbedaan tertentu antara Mall dengan pasar."
Citra pun akhirnya mengangguk paham dengan jawaban Rian meskipun sebenarnya Citra masih tidak mengerti tentang perbedaan Mall dengan pasar yang dimaksud Rian. mungkin untuk sementara ini Citra hanya perlu menyebut tempat ini dengan sebutan Mall saja.
Mereka berdua berjalan melewati berbagai macam toko di kanan kiri mereka. Tak luput juga ajakan dan penawaran dari penjual-penjual yang ada di toko tersebut mulai dari promo, diskon, sampai barang limited edition.
Sambil berjalan, Citra tidak dapat berhenti menolehkan kepalanya melihat-lihat toko yang dilewatinya. Hatinya tidak bisa memungkiri kalau banyak sekali barang-barang yang dijual di sana yang sebenarnya ingin sekali dia beli, entah karena tertarik atau pun penasaran. Namun, jumlah nominal yang disebutkan oleh penjual-penjual itu selalu saja membuat Citra memendam keinginannya sambil tetap mengikuti arah langkah Rian yang mengarah entah kemana.
Mereka berdua berjalan menaiki eskalator yang bergerak sendiri ke atas membuat Citra sempat takut dan ragu-ragu menaikinya. Namun setelah sedikit kata-kata penenang dari Rian terucap untuk meyakinkan dirinya, Citra pun akhirnya berani menginjakkan kakinya di tangga eskalator tersebut. Rian sendiri sedari tadi hanya bisa menahan tawanya melihat tingkah takut atau pun kebingungan dari Citra yang menurutnya tampak lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)
RomanceLanjutan dari cerita "Mengalami Lompatan Waktu dan Menjadi Orang Lain". AN: Cerita ini dapat dibaca terpisah tanpa membaca judul cerita di atas. Rian mengalami kecelakaan ketika mengalami perjalanan panjang dan terjebak di sebuah desa terpencil. T...