-12-

2.5K 253 5
                                    

Gemma dan Biru duduk saling berhadapan di kantin kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemma dan Biru duduk saling berhadapan di kantin kampus. Ruangan itu dipenuhi mahasiwa serta beberapa dosen dan staf kampus, pada jam makan siang.

Gemma duduk gelisah di kursinya, mencoba mengabaikan tatapan penasaran penghuni kampus yang datang dari segala penjuru. Kebanyakan hanya memandang sekilas dengan tatapan ingin tahu. Sisanya secara terang-terangan menyaksikan gerak-gerik mereka dan tanpa segan-segan berbisik bahkan cekikikan.

Gemma mulai menyesali keputusannya mengiyakan ajakan Biru untuk makan di tempat ini.

"So, how are you, Gem?" Biru memecah kesunyian diantara mereka saat seorang pelayan selesai meletakkan dua piring siomay ke meja dan berlalu. Gemma yakin wanita paruh baya itu juga menolehkan kepala paling tidak 4 kali saat berlalu, seakan-akan meyakinkan matanya yang sudah rabun bahwa Biru benar-benar hanya duduk berdua dengan seorang wanita.

"Baik. Pak dosen gimana kabarnya? Baik?" Gemma tidak bisa menahan cengiran di wajahnya. Susah payah ia berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan penuh selidik di sekitarnya, dan hanya berfokus pada kedua bola mata yang kini tengah memandangnya dengan geli.

"Never been better than this. Bisa ketemu kamu di kampus." Biru mengulum senyum, membuat Gemma hampir lupa cara bernapas.

Gemma mengalihkan pandangan ke siomay di hadapannya, mengaduk-aduknya sembari mengatur napas dan detak jantungnya yang berirama tak karuan. "Nggak adil rasanya kamu tahu banyak tentang saya, tapi saya nggak tahu apa-apa tentang kamu."

Biru menangkap nada gelisah dalam suara Gemma. Ia memajukan badannya hingga menyentuh tepian meja. "Kamu nggak salah. Memang saya yang mau tahu lebih banyak tentang kamu."

Gemma terkesiap, jelas tidak menyangka dengan reaksi Biru. "Soal kejadian tempo hari..." ia menggantung kalimatnya, mengatur kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya pada Biru, "Saya tahu kamu pikir saya wanita murahan karena mengizinkan laki-laki nginap di rumah saya, tap..."

"Just take your time, Gem. Saya bilang saya yang ingin kenal kamu. Saya nggak lagi ngajak kita untuk in a relationship. Cukup bilang aja kalau kehadiran saya mulai mengganggu hidup kamu."

"Justru itu masalahnya. Saya bukan..."

"Gemma, apa kamu datang hanya untuk membicarakan ini?"

Sedikit tersinggung dengan ucapan Biru yang seolah meyepelekan masalah ini, menyepelekannya, ia mencoba mengabaikan hal itu. "Apa kamu mau terus menerus memotong omongan saya?"

"Saya bahkan sudah berniat meninggalkan meja ini saat kamu berasumsi saya menganggap kamu wanita murahan. Karena, Demi Tuhan, Gemma. Bahkan sejak saya kembali dari rumah kamu sampai detik ini..." Rahang Biru mengeras, "Even a glimpse, saya nggak pernah menganggap kamu seperti itu."

Gemma tertegun. Ia tidak pernah melihat Biru menunjukkan emosi seperti ini; tegas dan penuh penekanan, mendekati pun tidak. Biru selalu menjadi orang yang ceria, menyenangkan, juga menenangkan pada saat bersamaan. Dengan segala kepercayaan dirinya yang membuat Gemma seringkali bertanya-tanya apakah ia seorang narsistik akut.

Silver Lining ✅ END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang