Tertangkap | ^°^

17 2 2
                                    

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

***

Manik cokelatnya kembali terbuka setelah lama tidak sadarkan diri. Nala berusaha menyesuaikan penglihatan matanya dengan cahaya ruangan Netranya menangkap lantai yang berpola kan persegi berwarna hitam, juga bau tidak sedap yang ia yakini berasal dari tempat yang sama.

Rambut panjangnya yang selama ini dirawat oleh ayahnya sudah tidak berbentuk lagi. Basah oleh keringat serta darah yang perlahan mengering. Nala mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, menatap sekeliling. Dimana ini?

Ruangan tertutup tanpa adanya cahaya matahari yang masuk membuat tempat tersebut menjadi lembab dan terkesan dingin. Tidak ada pintu masuk, selain satu pintu yang ada di depan sana tidak jauh dari tempat Nala dirantai.

Dirantai?!

Seketika Nala panik, bagaimana bisa dirinya dirantai seperti huruf X. Kaki dan tangannya diikat oleh rantai hitam dengan sangat kencang, kakinya juga diikat persis seperti kedua tangannya. Namun yang menjadi perhatian Nala adalah dirinya diikat secara mengambang, tidak menyentuh lantai dibawahnya.

Nala berusaha menarik tangan kanan dan kirinya untuk melepaskan ikatan rantai. Tapi semakin Nala berusaha melepaskan diri, semakin kencang juga ikatan rantai ini seakan-akan ingin membuat tangan Nala putus.

"Akh.. sialan! Rantai ini tidak bisa aku lepaskan." Kesal Nala.

Ia mencoba menggerakkan kakinya, namun usahanya gagal. Rantai itu malah menariknya dengan keras ke arah bawah. Dapat Nala lihat, rantai yang mengikat kedua kakinya masuk ke dalam lantai tersebut. Membuat Nala menjerit dengan sangat kuat, tidak tanggung-tanggung jeritan Nala  mengundang para penjaga yang berjaga diluar.

"BERISIK!" Bentak salah satu penjaga yang memegang pedang.

Nala hampir menangis karena tarikan rantai yang seakan ingin membuat tubuh Nala terputus menjadi dua bagian. Ia menatap sembilan penjaga yang berjejer di hadapannya dengan santai.

Hebat, Nala kau mengundang para penjaga, ucap Mora datar.

"Aku tidak sengaja. Tapi rantai ini benar-benar sakit dan menyiksaku." Keluh Nala.

Set

Seketika jantung Nala mencelos. Pedang yang diam kini sudah berayun ke arah leher Nala. Sedikit demi sedikit ujung pedang tersebut menusuk kulit leher Nala dan membuat darah kembali mengalir disana.

"AKH.. SAKIT, BODOH!"

"Kau yang bodoh sudah membuat kami terjaga!"

"Lihat saja, setelah aku bebas aku akan membalas perbuatan kalian!" Ancam Nala dengan angkuh.

Salah satu penjaga dengan kulit cokelat matang mencekram kuat kedua pipi Nala. "Kau tidak akan pernah bebas dari sini. Kau akan mati secara perlahan dan membusuk disini!"

Para penjaga itu tertawa dengan keras dan terkesan seram. Diantara sembilan para penjaga hanya satu penjaga yang tidak ikut andil dalam percakapan. Mata Nala memicing curiga.

Orang seperti ini yang menyebalkan, Ra. Diam-diam pasti menghanyutkan!

Kau benar, Nala. Aku juga tidak menyukainya, balas Mora.

Tumben sekali kau setuju denganku? Ada apa?

Terserah kau sajalah!

Nala mengulum senyumnya. Rasanya senang sekali menjahili Mora seperti ini, apalagi saat pemikirannya sama. Sangat jarang Mora menyetujui apa yang disetujui oleh Nala. Biarpun Nala sedang dikepung seperti ini, tapi ia tidak pernah khawatir karena orang-orang di depannya ini tidak ada apa-apanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Element Mate {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang