Part 42

14.8K 1.3K 14
                                    

Saskia bersedekap tangan ketika membuka pintu kamar kakaknya. "Reinhard tolol! Ayo bangun! Sialan!" pekik Saskia membuat Reinhard membuka matanya. 

Tidak hanya Reinhard namun perempuan asing yang juga tertidur di sisinya. Mata Saskia menatap tajam perempuan yang tengah memeluk erat tubuh polos kakaknya. 

Seakan ia menyuruh perempuan itu untuk segera angkat kaki dari tempat kakaknya karena Saskia membutuhkan Reinhard sekarang. 

"Gue tunggu di luar. Oh! Gue juga ga butuh mainan lo. Gue butuh ngomong sama lo aja," ujar Saskia berlalu setelah mengerluarkan perintahnya. 

Jam menunjukkan pukul 3 siang. Ada alasan mengapa di akhir minggu yang cerah, Saskia mendatangi apartemen kakaknya dengan sejuta umpatan. 

Ini bukan perkara Reinhard yang tidur dengan semua wanitanya. Saskia sudah kebal melihat tingkah kakaknya itu. 

"Ada apa sih?" tanya Reinhard pada Saskia yang bersedekap tangan duduk di sofanya. 

"Lo gila? Otak lo udah ilang? Kemana aja gue telfon dari tadi ga ngangkat?!" cerca Saskia pada Reinhard. 

"As you can see, gue sibuk sama Mellanie." Reihard menunjuk pada pintu tempat rekan kerja sekaligus rekan ranjangnya, Mellanie, baru gunakan untuk keluar dari apartemennya. 

"Sialan! Lo tau? Gue nelfonin lo dari tadi malem. Dan karena lo ga respon, sekarang sahabat lo itu, sepupu kita berdua, udah di ambang kehancuran," ujar Saskia lagi. 

Saskia hari ini memiliki janji dengan Shonya namun saat tau Shonya berada di kediaman Alvin untuk merayakan ulang tahun Alvin serta Nicho, Saskia mengurungkan niatnya. 

Dia sudah di depan pagar rumah Alvin saat mengetahui apa yang terjadi. Niat awal memberikan kejutan sebagai tamu tak diundang malah ia yang terkejut melihat mobil Dinda berada di pekarangan rumah Alvin. 

Perlahan Saskia mendekati pintu rumah dan mencoba menguping apa yang terjadi. Di situ ia tau, seharusnya ada Reinhard di sini untuk menolong Alvin dan Shayna. 

Karena pria itu yang memegang semua bukti bukan Saskia. Saskia memutuskan masuk ke dalam mobilnya dan pergi menjauh sembari mencoba menghubungi kakaknya. Tapi tak ada tanggapan. 

Reinhard menghilang seperti ditelan bumi walaupun kenyataannya pria itu bersenang-senang dengan wanita di atas ranjangnya. 

Berbeda dengan adiknya yang membara marah bercampur menggebu-gebu, Reinhard tersenyum. Ia bahkan mengusap puncak kepala Saskia. "Pasti kakak perbaiki, adik. Walaupun terlambat." 

Saskia tau, jika kakaknya seperti itu pastilah Reinhard akan menepati janjinya. Walaupun banyak yang harus dikorbankan. 

Di sisi lain, Reinhard mengumpat dalam hatinya. Tua bangka busuk itu, seharusnya menghilang saja dari muka bumi. Erang Reinhard dalam hati. 

Ia teringat kejadian beberapa minggu yang selalu. Lebih tepatnya dua hari setelah Alvin berhasil mengklaim peninggalan ayahnya. Alvin hari itu menelfon Reinhard yang tengah berada di kediaman Dinda bersama kedua orang tua mereka juga Saskia. Hanya acara mengunjungi saudara semata. 

Reinhard mengatakan semuanya. Semua yang ia tau kepada Alvin. Tentu saja pria itu mengumpat kesal karena rasanya mendiang ayahnya lebih percaya Reinhard ketimbang putra sulungnya. 


Dia lebih ngepercayain rencana dia buat harta sebesar 23 Milyar ke elo ketimbang gue yang anaknya. 


A-apa?! Nominalnya 23 Milyar? Alvin gue ga pernah tau! Itu banyak banget.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang