Chapter 5

502 58 3
                                    

Tadinya mau kubikin 2 part lagi tapi dikit banget ah, yaudah sekalian aja tamatin wkwk. Terima kasih yang udah baca, kasih review, votes, bookmark, dan lainnya :3

Chapter 5 (END)

Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto, saya cuma pinjem karakternya saja

Masih dalam posisi yang sama, mereka berdua saling terdiam. Tidak ada yang berani memulai percakapan, sampai akhirnya orang tersebut yang memecah keheningan itu.

"Anak itu sudah tidur?" tanyanya pelan.

Sasuke mengangguk dan menatap ke arah kamar Sarada dengan sendu.

"Pasti lelah, ya?" tanya orang itu lagi.

Sasuke menghela napas berat dan kembali menatap orang tersebut dengan wajah memelas. Orang tersebut menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Sasuke, dirinya menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Sasuke.

"Aku bilang juga apa, jangan memaksakan diri," keluh orang tersebut.

Sasuke hanya membalasnya dengan anggukan pasrah, kemudian dirinya menatap orang yang ada di hadapannya dengan tatapan intens. Orang tersebut tiba-tiba menjadi gugup dan mendorong wajah Sasuke.

"A-apa, sih?" orang itu gelagapan.

Sasuke tertawa kecil dan menahan tangan yang mendorong wajahnya tadi. Wajah orang tersebut sangat merah persis seperti tomat kesukaannya.

"Kau, benar-benar mirip dengannya," jawab Sasuke menahan tawa. Orang tadi tiba-tiba terdiam dan menatap Sasuke bingung.

"Mirip siapa?" tanya orang itu.

"Sarada," jawab Sasuke pendek.

Orang tersebut kemudian tertawa lepas, suara tawa yang Sasuke rindukan akhirnya muncul kembali. Raut bahagia terpancar di wajah cantiknya, membuat Sasuke ikut tersenyum lembut.

"Tentu saja, dia 'kan putriku," jawab gadis itu sambil mengatur napas.

"Sakura, aku selalu melihatmu kalau menatap wajah Sarada," gerutu Sasuke.

Sakura yang mendengar pengakuan Sasuke, semakin tidak kuat menahan rasa untuk tidak tertawa. Sasuke hanya menatap Sakura datar

"Kenapa? Jadi rindu padaku?" goda Sakura dengan kedipan sebelah mata.

"Bukan, aku ingin cubit pipinya. Tapi aku sadar Sarada bukan kau, jadinya aku menahan diri sedari tadi," keluh Sasuke menatap Sakura dengan jahil.

Melihat gelagat Sasuke yang aneh, membuat Sakura memundurkan badanya dan memegang kedua pipinya dengan kedua tangan.

"Heh! Mau apa kau?" teriak Sakura panik.

"Apalagi? Aku mau cubit pipimu, mumpung kau disini," goda Sasuke.

"Tidak boleh!" tolak Sakura panik sambil memejamkan matanya kuat-kuat.

Sasuke hanya tertawa dan tangannya yang tadi mendorong pelan dahi Sakura.

"Lain kali, ya," ucap Sasuke lembut.

Sakura perlahan membuka matanya, hal yang dia lihat pertama kali adalah wajah Sasuke yang begitu dekat dengan wajahnya.

Semuanya terasa cepat, Sakura memejamkan mata untuk kedua kalinya. Namun, tangannya kali ini memegang pipi Sasuke dan menariknya lembut mendekati bibirnya.

~o~

"Kau yakin tidak ingin melihat Sarada dulu?" bujuk Sasuke memeluk Sakura, dagunya dia sandarkan di atas kepala merah muda Sakura.

Sakura menggeleng pelan dan bergumam.

"Nanti aku tidak bisa pergi lagi, aku pasti ingin bersama dia terus," lirihnya sendu.

Sasuke mencium lembut rambut Sakura dan perlahan menghirup wangi cherry yang hanya dimiliki oleh Sakura.

"Aku tahu, harusnya juga kau tidak boleh disini," gumam Sasuke di kepala Sakura.

"Maaf, aku hanya merindukanmu dan Sarada," ucap Sakura menahan tangis.

Sasuke hanya mengangguk dan mengelus punggung Sakura, berusaha menenangkannya.

"Sasuke, aku boleh tanya?" celetuk Sakura. Sasuke hanya bergumam mengiyakan.

"Orang sempurna selain aku siapa? Tadi kau bilang ada lagi yg spesial," lanjut Sakura dengan nada cemburu.

Sasuke menanggapinya dengan tertawa lepas, Sakura yang mendengarnya langsung melepas pelukannya dari Sasuke. Sakura memandang Sasuke dengan tatapan sengit. Sasuke berdecak pelan dan mendorong dahi Sakura.

"Siapa lagi? Ya putri kesayanganku, lah," ucap Sasuke tersenyum jahil.

Sakura memukul Sasuke dengan kesal, pukulan Sakura itu sangat menyakitkan, jangan percaya kalau Sakura bilang itu pukulan pelan. Sasuke meringis kesakitan sambil memegang lengan, karena lengannya yg menjadi korbannya kali ini.

"Kesal," gerutu Sakura dengan mengerucutkan bibirnya.

"Mana ada orang spesial di hidupku selain kalian berdua?" ujar Sasuke. Sakura masih terlihat kesal, dirinya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sakura, kapan selesai?" tanya Sasuke tiba-tiba. Sakura yang awalnya marah tiba-tiba menjadi sendu.

"Aku, tidak tahu. Kami masih melakukan penelitian. Aku pikir mereka merekrutku karena tinggal menyempurnakan vaksinnya, ternyata belum ada sama sekali," jelas Sakura dengan senyum miris.

Sakura adalah seorang ilmuwan yang kemampuannya tidak usah diragukan lagi, saat masih muda dirinya banyak mendapat penghargaan. Setelah menikah dan melahirkan Sarada, Sakura bermaksud meninggalkan pekerjaannya, Sasuke sebenarnya tidak setuju dengan keputusan istrinya tersebut, tapi Sakura bersikeras ingin lebih fokus pada keluarga.

Akhirnya mereka sepakat kalau Sakura diizinkan berhenti selama 3 tahun. Setelah itu Sakura boleh bekerja jika ada yang merekrutnya. Sakura sendiri berharap tidak akan ada yang merekrutnya, tapi ternyata takdir berkata lain.

Terjadi penularan pandemi di Suna, belum ada vaksin yang bisa menyembuhkan warga Suna. Sakura yang memang pada dasarnya memiliki jiwa ingin menolong sesama, hatinya tergerak untuk membantu para peneliti di sana, Sasuke pun mendukung keputusan Sakura. Namun, kehadiran Sarada membuat Sakura sedikit goyah untuk berangkat. Untung saja Sasuke bisa meyakinkan Sakura, dan dirinya berjanji akan menjaga Sarada selama Sakura pergi.

"Aku nekat datang kemari, karena kebetulan teman kerjaku ada yang pulang ke Konoha," jelas Sakura. "Tapi, setelah ini aku akan pergi lagi," lanjut Sakura, kali ini air matanya tidak bisa dia tahan lagi.

Sasuke yang melihat Sakura rapuh di hadapannya, kembali mendekap erat tubuh Sakura. Air mata Sakura makin deras saat berada di dekapannya, dia membiarkan bajunya basah karena air mata Sakura.

"Tak apa, asalkan kau kembali dengan selamat dan sehat itu sudah cukup bagiku," bisik Sasuke lembut.

"Sarada juga akan menganggapmu sebagai pahlawan, aku yakin itu. Kami disini selalu percaya padamu," lanjut Sasuke mendekap Sakura semakin erat.

"Terima kasih, aku beruntung sekali memilikimu sebagai suamiku," ucap Sakura di sela-sela tangisannya.

"Tidak, aku yang beruntung memilikimu sebagai istriku. Aku bangga memiliki istri yang kuat sepertimu," balas Sasuke dengan tulus.

Sakura tersenyum lembut di dalam dekapan Sasuke. Dirinya berjanji akan segera menyelesaikan pekerjaannya dan kembali pada keluarga tercintanya.

.

.

.

END

Author Notes: Makasih lagi yang udah baca sampai tamat, maaf ya gak sempat edit lagi part terakhir ini semoga gaada yang miss huhu.

Just You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang