“Aysha, bangun, Nduk.”“Hem, sebentar ih!”
“Aysha, ini udah subuh lho. Udah lewat malah! Cepet bangun!”
Aku menggeliat sambil menyipitkan mata. Kenapa suara bude sangat berisik. Ini jelas masih pagi buta, dan aku sangat mengantuk, tapi malah dibangunkan.
“Bude, tumben bangunin!” kataku masih sambil memejamkan mata. Rasanya kelopak mataku sangat berat untuk terbuka.
“Aysha, kamu nggak malu sama suami kamu. Dia bangun dari jam tiga tadi, coba bangunin kamu tapi kamu gak bangun.”
Aku langsung terjaga begitu mendengar ucapan bude tentang suami. Bagaimana bisa aku lupa, bahwa aku sudah menikah.
“Mas Rey nya mana, Bude?” tanyaku celingukan mencari-cari keberadaan lelaki itu.
“Udah ke masjid, makanya kamu bangun. Kalau dia pulang, kamu belum shalat, gimana?”
Mataku masih sangat berat. Rasanya aku ingin merebahkan tubuhku kembali ke kasur yang empuk. Tapi kalau aku tidak bangun, pasti urusannya jadi panjang.
“Iya iya, ini Aysha mau bangun. Dah, bude mending keluar dulu.”
Bude berkacak pinggang sambil menggelengkan kepalanya ke arahku. “Kamu kira bude bisa ditipu. Begitu bude keluar, kamu tidur lagi, kan?”
Aku menghela napas. “Ya ampun. Iya iya!”
Segera aku beranjak bangun. Lihat saja, selesai shalat subuh aku akan tidur lagi. “Bude, shalat subuh berapa rakaat sih?”
“Astagfirullah, Aysha!” Bude menyentak, sepertinya dia kesal. Tapi bagaimana, aku memang lupa. Aku pun menyengir kuda tanpa merasa berdosa.
“Ay, lupa, Bude.”
Bude Ajeng hanya bisa menggelengkan kepala. Beginilah aku dan sudah kukatakan sejak awal. Aku bukan wanita baik-baik. Aku lupa jumlah rakaat shalat subuh, bahkan aku hanya shalat di hari raya saja.
Bude meringis, dia mendekatiku lalu memelukku. Aku bingung, heran dengan sikap bude Ajeng yang tiba-tiba memelukku.
“Maafin bude, ya, Nduk. Selama ini bude sibuk, sampai lupa mendidik kamu. Ingetin kamu shalat lima waktu. Ajarin kamu cara shalat.”
Tanpa sadar bude Ajeng menangis sambil memelukku.Aku tidak bisa berkata-kata. Aku juga tidak bisa menangis hanya menepuk pelan punggung bude Ajeng.
“Aysha gapapa, Bude.”
Bude mendelik. “Shalat lima waktu itu wajib!”
Lagi-lagi aku salah. “Iya, bude, iya. Aysha ngerti. Udah jangan ngomel mulu nanti cepet tua lho!”
“Kamu ini, ya! Makanya buruan bangun!”
Mendengar suara bude yang melengking membuat aku teringat akan sesuatu.
“Astaga! Bude, Ay lupa nanya! Bude buang kemana foto JK di kamar Ay?!” tanyaku sedikit ngegas.
Bude Ajeng menatap mataku seperti orang yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...