Sabtu sore yang melelahkan. Safrizal segera membereskan semua peralatan bengkel yang berserekan dan mengembalikannya ketempat semula. Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB. Safrizal bergegas melangkahkan kaki menuju rumah. Perjalanan kaki dari bengkel tidaklah jauh. Butuh waktu 15 menit untuk berjalan kaki melewati beberapa gang. Satu gang lagi Safrizal akan sampai ditujuan tetapi diurung melanjutkan kaki ke rumah.Safrizal memutar arah menuju tempat biasa dia mangkal. Ada beberapa orang yang sudah berkumpul di sana. Kebersamaan mereka menjadi daya tarik yang tak terbantahkan bagi Safrizal.
“Wah, ini hal yang paling kusukai berkumpul dengan teman dan melanjutkan kecanduan game online.”
Namun Safrizal baru sadar ketika merogoh sakunya tidak ditemukan HP. Tiba-tiba saja dia teringat dengan kejadian tadi pagi di sekolah.
“Andai aku tidak ketahuan pasti HP dalam genggaman.”
Tidak memiliki HP dalam genggaman bukan halangan untuk berkumpul bersama konco, itulah yang terlintas dipikiran Safrizal.
“Oi ... kalian sudah lama di sini’” Safrizal datang menyapa teman-temannya.
“O kamu, Zal,” sapa temannya.
“Sini duduk,” Ahyar melambaikan tangan dan menggeser sedikit pantanya ke sisi kiri agar Safrizal bisa duduk disampingnya.
Lain Ahyar lain lagi dengan Zahrul kawan sekolah. Namun keduanya ada diposisi yang sama.
“Zal, aku menang dua kali. Nanti kamu beli koin aku ya!” tawar Ahyar.
“Serius kamu menang? Kok bisa?”
“Lagi kebawa hoki,” Ahyar berkata sambil tertawa pertanda senang.
“Makanya main jangan setengah hati,” lanjut Ahyar.
“Tapi sorry bro ... aku lagi enggak pegang HP dan isi kantong juga menipis,” Safrizal berkata.
Ahyar merasa tak percaya apa yang barusan diucap Safrizal, seketika dia meraba bagian kantong depan dan belakang Safrizal untuk memastikan keberadaan HP. Ahyar tidak menemukan yang dicari.
“Eeee dasar curiga aja sama kawan sendiri. HPku disita sama guru di sekolah,”
“Kok bisa?” Ahyar bertanya seakan tak percaya.
“Enggak penting, sini Hpnya pinjam sebentar, gantian ....”
“Tanggung, udah mau magrib, bubar aja. Entar malam kita cabut lagi,” Ahyar berkata sambil mematikan HP dan memasukkannya ke kantong celana.
Sore yang lembayung menemani Safrizal dan teman-temannya kembali ke rumah dengan canda tawa dan bersorak gembira sambil janjian akan kumpul lagi setelah magrib.
Jam 19.30 Safrizal sudah terlihat rapi kembali setelah membersihkan diri.
“Kini saatnya ngumpul teman lagi,” gumam Safrizal.Langkah Safrizal terhenti sebelum mencapai pintu keluar karena mendengar panggilan dari neneknya.
“Zal ... Zal ... berhenti dulu. Mau kemana lagi. Pergi, pergi aja kerja mu.”
“Biasa Nek. Aku pamit dulu Nek,”
“Bisa enggak sih kamu tidak selalu keluyuran di malam hari. Apa enggak capek badan kamu dibawa main melulu. Entar sakit siapa yang ngurus? Kalau dikasih tahu jangan cuma didengar. Dikerjain juga. Belajar dulu pelajaran sekolah biar jadi sukses,”
“Santai Nek, sukses itu banyak cara, doain aja aku jadi sukses tanpa belajar,” Safrizal langsung berlalu setelah mengakhiri kalimatnya.
Berkumpul bersama teman telah melupakan Safrizal untuk serius belajar.
“Jika pun HPku disita, toh bisa join teman lainnya, Awas aja Bu Susi,” Safrizal berkata pada diri sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
TERPEDAYA
ChickLitKeberuntungan tidak selalu bersama. Suatu hasrat dilakukan karena ada kesempatan dan kemaun yang tinggi. Impian akan terwujud berkat kerja keras. Sebuah impian yang sudah terwujud terkadang membuat seseorang lupa dengan impian utama. Hal ini yang d...