BAB 0.1 | Hirap Tanpa Jejak

62 23 39
                                    

Happy Reading🌔

...

Dengan langkah berat, Kennard membawa dirinya keluar dari kantor yang kini jadi penuh sesak berkat rekan-rekan kerja yang berkumpul di lobby. Mereka sedang sibuk berbisik satu sama lain seraya melempar tatapan kasihan atas apa yang menimpa Kennard. Tentunya diabaikan oleh si tokoh utama pembahasan.

Dia lebih memilih fokus menahan beban sebuah kardus penuh barang di tangannya.

Tiga puluh menit sebelum kemalangan ini terjadi, Kennard, lelaki dewasa berusia kepala tiga itu dipanggil menghadap sang atasan.

Awalnya Kennard tidak punya firasat buruk sama sekali. Akan tetapi,  setelah menginjakkan kaki di ruangan sang atasan, sebuah kabar mencengangkan membuat Kennard lemas seketika.

Mulai besok, dirinya bukan lagi karyawan di perusahaan yang bergerak di bidang teknologi itu. Benar, dirinya didepak dari kantor yang sudah menjadi sumber pencaharian selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir.

Alasannya, sebab perusahaan mengalami penurunan saham cukup besar hingga berpotensi gulung tikar. Demi menyelamatkan perusahaan, sang pemilik memutuskan untuk memecat beberapa karyawan yang selama setahun belakangan kurang membawa pengaruh terhadap kemajuan perusahaan, dan Kennard adalah salah satu dari puluhan karyawan yang masuk dalam kategori itu.

Tungkainya membawa dia ke area parkir. Lantas, memasukkan kardus bawaannya ke dalam bagasi. Kennard mulai menjalankan mobil, membelah hingar-bingar jalanan Kota Bandung yang malam itu dihiasi dengan lampu warna-warni, terlihat cantik. Namun, sayang, suasana hatinya terlalu kelam untuk menikmati pemandangan buatan itu.

Selama perjalanan, pikiran Kennard melambung, membayangkan berbagai kemungkinan yang akan diterima saat memberitahu anggota keluarga jika dirinya sekarang pengangguran.

Menghela napas berat, Kennard mengusap wajah sambil mengerang frustrasi. “Bagaimana ini? Mereka pasti akan kecewa mendengar kabar ini.”

Wajah Kennard cemas, mengingat keluarganya bukanlah golongan berada. Selama ini, mereka hidup bergantung pada pekerjaan Kennard sebagai karyawan biasa yang sudah pasti mendapat gaji pas-pasan, dan sekarang dia sudah menjadi pengangguran. Lantas apa yang bisa mereka andalkan untuk bertahan hidup?

“Mengapa hidup di bumi begitu sulit? Jika saja aku masih tinggal di sana, mungkin kehidupanku tidak akan seburuk ini.” Kennard mulai berandai-andai.

Tanpa sadar, dia mulai menaikkan kecepatan mobil di atas rata-rata. Padahal terpampang jelas di pinggir jalan, sebuah rambu-rambu peringatan batas kecepatan. Namun, Kennard memilih abai, pikirannya terlampau kalut.

Mobil itu memasuki daerah yang lebih sepi dari pusat kota. Melewati sebuah terowongan panjang dengan penerangan remang-remang. Lantas, Kennard kembali mengeluh sebab di tengah terowongan lampu-lampu itu padam.

“Sial!”

Kennard terus melaju, mengabaikan gelap yang membutakan mata, lagipula hanya dia sendiri yang melintasi terowongan. Jadi, minim kemungkinan kecelakaan terjadi.

Namun, dia teramat menganggap remeh situasi. Tepat saat lampu terowongan kembali menyala, sesosok bayangan hitam nan besar berdiri menghalang mobilnya.

Hidden Truth [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang