Part 3 [End]

600 53 4
                                    

Pagi berikutnya Jihoon terbangun karena dering nyaring ponsel yang berbuyi sebelum alaramnya. Ia meraih ponselnya dan berjalan keluar kamar karena tidak ingin mengganggu Soonyoung yang masih terlelap.

Jihoon pergi ke arah balkon dan menyalakan seputung rokok setelah menerima telepon itu, "Halo. Iya aku memang bertemu dengannya tadi. Bukan aku yang mencari masalah, ayah. Dia yang mencari gara-gara dengan membawa soulmate-ku."

Raut kesal tergambar di wajahnya ketika mendengar perkataan ayahnya yang menyalahkannya karena sudah menganggu Seungcheol, dalam hati ia mengutuk Seungcheol karena menjadi sosok yang pengadu. Jihoon menyesap rokoknya dan mematikannya sebelum menumpukan lengannya di pagar. Sambungan telepon ayahnya hanya ia abaikan karena pria tua itu hanya menasihatinya untuk tidak berbuat ulah macam-macam.

"Sudah lah, ayah ini masih sangat pagi dan aku mengantuk, dah." ucapnya dan memutuskan sambungan telepon tersebut.

Setelah menerima telepon dari ayahnya tadi, Jihoon tidak bisa memejamkan matanya lagi sehingga ia hanya berbaring di samping Soonyoung dan menatap wajah pemuda itu. Jihoon tersenyum kecil melihat bagaimana raut garang Soonyoung yang biasa ditampilkan di kampus kini terlihat seperti raut anak kecil yang menggemaskan, jangan lupakan sepasang pipi gembil yang mengundang untuk digigit itu.

*

Suasana canggung menyelemuti mereka pagi ini. Jihoon sebagai seorang tuan rumah yang baik membuatkan sarapan untuk mereka berdua meski hanya roti panggang dan segelas susu.

Jihoon menatap Soonyoung yang hanya terdiam, "Kau oke?"

Soonyoung tersentak kecil, dan mengangguk pelan sebagai jawaban. Pemuda itu memakan sarapannya dalam diam karena merasa malu dengan Jihoon. Dalam kepalanya kejadian kemarin malam sebenarnya masih sangat membingungkannya, tapi ia tak punya keberanian untuk menanyakan hal itu pada Jihoon.

"Hari ini tidak usah pergi ke kampus dulu, oke? Kau bisa istirahat disini. Lagipula aku masih sangat malas bertemu Seokmin karena dia pasti akan bertanya yang aneh-aneh." jelas Jihoon yang sekilas terdengar seperti sebuah perintah.

"Uhm...Jihoon?"

Jihoon menoleh ke arah Soonyoung yang menatapnya malu-malu, dalam hatinya ia memaki Soonyoung karena pemuda itu terlihat begitu manis pagi ini.

"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi semalam? Karena sejujurnya aku masih sangat bingung dengan apa yang terjadi." pinta Soonyoung. Jihoon lantas menghampiri Soonyoung dan menarik kursi untuk duduk disamping pemuda itu.

"Kebetulan sekali. Sebenarnya aku sudah ingin menjelaskan padamu, namun aku belum menemukan waktu yang tepat untuk itu." ujar Jihoon.

"Saat aku menjelaskan tolong jangan menyela, oke? Aku ingin kau mendengarkan ku terlebih dulu, dan setelahnya kau bisa mengutarakan isi kepalamu." tutur Jihoon yang dijawab anggukan oleh Soonyoung.

"Jadi kau pasti paham dengan the soulmate thing, kan? Sekitar sebulan lalu aku mulai mendapatkannya, dan kau bisa tebak apa yang kutemukan di tubuhku, sebuah kissmark. Aku sempat berpikir apakah soulmate-ku merupakan seorang penggila seks bebas karena aku menemukan hal itu lebih dari sekali." Jihoon menjeda penjelasannya untuk melihat bagaimana ekspresi Soonyoung mulai berubah ketika ia menyebutkan 'kissmark'.

"Sebelumnya aku benar-benar tidak pernah memperhatikanmu, Soonyoung. Aku hanya tahu kau adalah anak orang kaya yang suka berpesta dan pergi balapan, dan aku bukan lah orang yang suka pergi ke pesta. Namun, entah mengapa saat itu aku ingin pergi ke pesta yang merupakan pesta ulang tahunmu. Dan disana, aku tidak tahu apa yang terjadi denganku namun aku sangat geram ketika melihatmu bermesraan dan bertukar ciuman dengan Kim Mingyu. Singkat cerita, sejak saat itu lah aku mulai tertarik denganmu."

â𝙢𝙚 𝙨𝙤𝙚𝙪𝙧 | hoonsoon shortficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang