40. pembicaraan

94 13 4
                                    

Happy reading!!!

"Selamat pagi anak-anak." sapa seorang guru yang kini memasuki area kelas.

"Pagi, saem."

"Adakah yang tidak masuk hari ini?"

"Yerin, seam." jawab salah satudari mereka. 

"Mwo? Yerin. Ada apa dengan yerin?" tanya nya. 

Semua diam tak menjawab. "Hallo, anak-anak." Sahutnya lagi.

Seluruh yang berada dikelas saling lirik melirik ke arah Mingyu dan eunha.

"Saem?" Mingyu mengacungkan tangan.

"Ne, Mingyu~ah?"

"Yerin hadir, tas nya ada, hanya saja tadi dia izin telat masuk karena merasa tidak enak badan." Jelas Mingyu. Semua orang yang disana menatap Mingyu dengan pandangan berbeda-beda. Disisi lain ada yang terkejut ketika Mingyu masih bisa membela mantan kekasih di depan pacarnya sendiri.

"Ah, baiklah."

Mingyu segera memberikan sesuatu lembar kertas pada eunha dengan menyuruh murid yang lain untuk mengoper.

"Saem, saya izin sebentar." Pamit Mingyu.

"Iya, silahkan."

"Khamsamida, saem."

Mingyu segera pergi. Disisi lain eunha melihat nya dengan wajah yang murung. Perasaan nya merasa bersalah pada Yerin.

"Eunha, jangan cemas. Semua akan baik-baik saja. Ini hanya sebentar, Yerin sahabat mu dan dia akan mengerti. Aku akan berbicara dengan nya menjelaskan semua salah faham yang ia terima, setelah kembali aku harap kita semua masih tetap bersama-sama. Tidak ada permusuhan. Jangan karena aku, kamu dan Yerin menjauh. Aku sayang sama kamu, Na. Semoga memang pilihan aku ga salah. Jangan khawatir."

Eunha mendengus. Ia senang, namun juga sedih. "Ah, ottoke."

***

Mingyu lari mengitari seluruh area gedung sekolah. Nafasnya membara, keringat mulai membasahi kening nya. Orang yang ia cari tidak terlihat di matanya sejak keluar dari area kelas.

"Yerin, dimana." Gundah nya.

"Mianhae, jika cara ku menyakiti mu."

"Apa dia di rooftop?" Fikir Mingyu.

Tanpa mikir waktu panjang ia langsung berlari menuju lantai 5 paling atas.

Mingyu mengatur nafasnya perlahan ketika sampai di atas. "Yerin," panggilnya.

Tak ada satupun seseorang disana. Mingyu mengitari daerah rooftop, namun tetap saja tidak ada. Mingyu berhenti sejenak, melihat seluruh area kawasan dari atas rooftop yang terlihat jelas.

"Aish!"

"Rin."

Dari arah bawah terlihat seorang wanita berjalan keluar dari area lapangan. Mingyu mengamati penglihatan nya dengan jelas.

"Yerin? Ah, Yerin."

Mingyu langsung berlari yg untuk turun kebawah dengan cepat menemui Yerin.

"Yerin, tunggu." Cegah Mingyu. Tubuh Mingyu mulai basah di penuhi keringat.

"Jebal."

Mingyu mengatur nafasnya dengan perlahan untuk menstabilkan nya. "Rin."

"Wae?"

"Lepas aku, Rin." Ucap Mingyu dengan lembut.

"Izinkan aku untuk merasakan di cintai seperti apa. Jebal!"

Yerin tetapi diam. Mingyu langsung berjongkok dihadapan Yerin dengan lemah.

"Aku butuh dicintai, aku juga ingin mencintai orang yang mencintai ku. Bukan sebaliknya."

"Aku mengikuti semua kemauan kamu, Rin. Putus? Ok."

"Akan kah aku ga berhak mencari semua yang aku inginkan?"

"Ini bukan larangan yang wajib, Rin."

Mingyu menunduk."Sampai kapan aku berada dalam permainan konyol kamu ini."

Yerin hanya bisa diam. Tak menjawab.

"Jebal, Yerin~ah. Bisakah kamu mengiyakan ini semua. Aku sudah mengikuti mau kamu, izinkan aku sekarang untuk kamu iyakan. Apa perlu aku jelas kan semua  bahkan saat disungai ditengah hujan?"

Yerin menatap Mingyu langsung. "Maksud mu?"

Mingyu tertawa pelan. "Aku melihat semua untuk kesekian kalinya."

"Lihat? Lihat aku dan ..." Cicit Yerin.

"Iya, Rin. Iya!" Tegas Mingyu.

"Hancur lebur semua apa yang aku tanam pada diri aku untuk kamu. Berkeping-keping menusuk perasaan aku. Semua keinginan kamu secara sepihak pun aku ikutin, Rin. Melihat semua apa yang kamu lakukan bersenang-senang dibalik kesedihan aku, akupun merasa mengiyakan semua itu. Tapi, kenapa? Aku menginginkan untuk kembali bangkit, semua itu terhalang ke egoisan kamu, Rin. Please. Kamu sudah memiliki yang kamu impikan dari awal, kan? Kenapa masih menginginkan yang lalu."

Yerin terdiam dengan lemas. "Gyu?"

"Wae? Kamu memang sangat egois, Rin. Kamu mengambil situasi seolah disini kamu yang paling tertindas."

"Aku menyerah sama kamu, Rin. Udah waktunya aku enggan untuk mengharapkan kehadiran kamu lagi. Eunha lebih dulu datang sebagai penyanggah yang kokoh setelah kamu hadang aku dengan ribuan badai yang menghancurkan setengah perasaan aku."

"Harus kah aku mengemis untuk membuat mu berhenti egois? Jangan membenci eunha sosok sahabat kamu. Dia juga berhak mendapat kan hasil setelah apa yang ia lakukan demi aku."

"Cinta, tak bisa memiliki. Semua perkataan mu benar. Sekarang, kamu ga bisa menghalangi apa yang seharusnya jadi milik aku."

"Eunha milik aku, mulai hari ini."

Mingyu berdiri menatap Yerin. "Jika cara mu masih tetap sama, biarkan semua apa yang jadi milik mu, mulai membencinya secara perlahan."

"Kamu masih menginginkan aku, namun kamu memiliki sesuatu yang kamu hargai sejak awal. Jangan egois, Yerin. Semua orang bisa terluka karena keegoisan mu yang tidak bisa dicegah."

"Maaf, jika menyakitkan omongan ku saat ini. Ketahuilah, sesuai jalan yang kamu tempuh, kamu bisa memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya. Jangan pernah menyesal memilih tujuan yang akan kamu jalankan. Semua itu bisa menyesatkan, jika salah dalam Memilih."

"Ah," Mingyu kembali menerbitkan senyuman nya.

"Berbalik lah pada Eunha, gadis itu hanya berperan sebagai comeo sesaat saja, namun peran nya sangat dahsyat  sehingga hasil yang di peroleh nya adalah sesuatu yang tak biasa."

"don't hate Eunha, she's innocent." Bisik Mingyu tepat ditelinga Yerin.

"Dan, kita masih bisa berteman. Aku tidak membencimu, cukup rasa kekecewaan ku akan ku kubur sedalam mungkin, bagaimana pun kamu pernah berhasil mengukir indah cerita walaupun cerita itu hancur."

"Aku tunggu kapan pun sampai kamu siap memaafkan Eunha."

"Gomawo!"

someone's husband (Taerin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang