16 | Reda sembilu

1.5K 420 164
                                    

b a g i a n | 16 |  Reda Sembilu

———————————————

.

.

.

.

.

.

.

"Bukan begini caranya Ma."

"Tidak ada cara lain, Dovan. Kamu sudah cukup merasakan derita sejak kita pindah, kamu masih merasa bersalah karena meninggalkan adikmu? Buka mata kamu Dovan! Dia cukup bahagia selama bersama Papa. Lagian Haelmi dan Loka itu berkecukupan, apa yang kurang dari hidup anak itu coba?"

"Mama, jangan salahkan adikku. Yang memulai badainya kan Mama sendiri, seumpama Mama tidak mengenal Bima, aku tidak akan celaka seperti ini."

Nindy menyelasar rambutnya kebelakang, saat ini pemandangan yang ada di depannya cukup menyesakkan. Di ujung minggu Dovan selalu mendapat luka baru, pelampiasan emosi dari Bima —Papa tirinya yang memiliki gangguan temperamen yang buruk.

"Sakit banget?"

Mama memperhatikan mimik muka Dovan yang agaknya sedang tidak bagus. Ya mau bagus gimana, dia barusan keluar dari ruangan kerja Papa, Juni dan Kintana saja tidak pernah pergi ke ruangan kedap suara itu sekalipun.

Dovan menyingsingkan lengan piyamanya, "malam ini aku dapat cambuk. Mama yang ambil uang Papa dan aku yang dihakimi."

"Maka dari itu Dikta harus datang, biar dia yang jadi pelampiasan Papa. Kamu sudah terlampau lama jadi budaknya. Mama khawatir sama kesehatan kamu."

Dovan lagi-lagi mengesah, "aku nggak pernah ketemu orang paling egois selain Mama."

"Mama seperti ini untuk bertahan hidup, Dovan!"

Anak lelaki itu memejamkan matanya, "hidup jadi orang berada itu menyesakkan. Aku lebih suka yang sederhana seperti dulu!"

"Kamu nggak mikirin perasaan Mama, Dovan? Menikah sama Jovan itu merusak harga diri Mama! Orang tua Mama memperlakukan Mama seperti orang lain, dibanding adik dan kakak-kakak Mama, Jovan yang paling miskin!"

Dovan tertawa hambar, "sekarang Mama sudah terpandang dengan menikahi Bima, tapi jangan salahkan Dovan dan Dikta kalau kami berdua terluka. Mama sendiri yang serakah sama harta sampai rela mengorbankan bahagia yang kami punya."

"Dikta harus kesini besok."

"Aku bakalan kasih tau semua ke dia biar dia mikir dua kali. Biar aku aja yang dihukum, dia berhak hidup tenang dengan Mas Loka dan Haelmi. Mama nggak tau derita adikku, jangan kira dia senang-senang pas ditinggal sendirian!"

"Kamu kurang ajar, Dovan!"

"Terimakasih, aku dapat ini dari Mama."

Lantas Dovan berjalan pelan-pelan. Keluar dari kamar Mama dan melintasi ruang kerja itu lagi. Bima masih ada di dalam, lebih sering ia tidur di ruang kerja daripada kamarnya sendiri. Sesekali karena jengkel dengan Nindy yang terus menuntutnya untuk dibelikan rumah baru yang terpisah dengan Juni.

Anggap aja Nindy sebagai wanita tidak tau diri yang di otaknya cuma ada uang, tahta, dan kekayaan. Selain itu tidak ada. Juni menyadari sifat asli ibu tirinya itu baru-baru ini. Di awal sih fine-fine saja. Waktu makan malam, mereka sesekali bergurau, hal-hal kecil kayak gitu bisa meluluhkan hati Juni yang beku. Tapi waktu Juni mendengar pertengkaran Papa dan ibu tirinya itu untuk pertama kali, anak itu mengurungkan niat untuk memberi label 'ibu baik' kepada Nindy.

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang