"Omak, kenapa Aku mual?"
"Omak, kenapa punggung Aku nyeri?"
"Omak-- huaa..." tangis Mama.
"Rasanya sakit sekali, Omak."
"Omak...." ucap Haiba.
"..."
"Tenang dulu, nak...."
"Mungkin, Kamu capek."
"Istirahat aja dulu, biar Omak yang masak." ujar Omak.
Omak pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi dan saat itu juga seorang arsitek mendatangi rumah Haiba. Sarapan pun tersedia di meja makan.
"Haiba- mari makan," ajak Omak.
Selesai makan, Haiba mulai bercerita kepada Omak bahwa dirinya merasa ada yang terjadi dengan perutnya. Sedikit ceritanya, terpatah oleh seorang Arsitek yang mengetuk pintu rumah itu bersama para pekerjanya.
"Tok Tok Tok." Ketuknya.
"Iya, sebentar." ucap Haiba sembari membuka pintu.
"Silakan duduk, pak." ucap Omak menyambutnya dan menyuruhnya duduk di ruang tamu.
Mereka mulai membahas perihal rumah yang akan direnovasi total.
"Bagaimana bu?" ucap Arsitek itu.
"Iya, jika begitu kami akan pindah sementara ke hotel terdekat."
"Nanti, kami akan sering melihat kondisi rumah kami."
"Saya mohon pak. Jika bisa, selesaikan rumah ini selama 2 bulan." sahut Haiba.
"Iyaa bu, akan Saya usahakan."
"Untuk desainnya? Sudah yang kemarin kan bu?"
"Apa ada yang perlu dirubah?" tanya Arsitek itu.
"Cukup."
"Itu sudah bagus."
"Ini DP pertamanya." Kata Mama dengan menyerahkan kertas cek.
"Bapak tulis sendiri di cek ini." jawab Haiba.
"Terima kasih bu, perjanjian ini Kami jalankan."
"Kami akan mulai bekerja hari ini,"
"Sama-sama pak."
"Saya akan keluar dari rumah ini hari ini,"
"Mari Omak, Kita berbenah." ajak Haiba.
Sembari Mereka berbenah, Para Pekerja dan Arsitek juga Mandornya mulai mencoba membentuk sebuah deadline dan mulai mengeluarkan seisi rumah.
"Saya pergi ya pak, mohon sesuai jadwal." ucap Haiba membawa mobil pribadinya pergi menuju sebuah hotel terdekat untuk sementara.
Kehidupan sekarang berpindah ke Hotel Claure. Dimana Mama dan Omak menjalani hidup dengan seadanya. Sesampainya di Hotel Claure, lagi-lagi Mama mengeluh tentang keadaan tubuhnya yang mulai lemas dan tak berdaya. Tubuhnya terasa berat, mual tetapi tak mengeluarkan apapun. Aduh kasian sekali, Mamaku ini.
"Omakk, sudah 3 hari ini."
"Aku selalu saja mual dan lemas tak berdaya." ucap Mama.
"Coba kau periksa ke rumah sakit, nak."
"Mau Omak antar?" tanya Omak.
2 jam kemudian, Mereka menuju ruang parkir Hotel Claure. Mereka mengendarai mobil pribadi milik Mama yang dibeli sebelum menikah.
"Mohon maaf, mau kemana bu?" ujar Satpam penjaga Hotel itu.
"Anak saya sakit, Kami akan pergi ke rumah sakit terdekat." ucap Omak di dalam mobil sembari membuka kaca mobil sebelah kiri.
"Ehmm, apa bisa membawa mobil sendiri?"
"Apa perlu saya antar, bu?" tanya Satpam itu.
"Gimana kamu nak?"
"Kamu bisa? Atau diantar Bapak saja?" tanya Omak.
"Ah sepertinya, lebih baik diantar saja Omak."
"Badanku lemas," jawab Mama.
"Pak, tolong antar Kami ya." ucap Omak pada Satpam itu.
"Siap bu." ucap Satpam itu berjalan menuju sisi kanan mobil.
Satpam itu membukakan pintu belakang mobil untuk dimasuki oleh Haiba yang saat itu sedang lemas menahan sakitnya. "Terima kasih pak," ucapnya. Mereka pun pergi diantar oleh Satpam penjaga Hotel itu ke rumah sakit terdekat.
(Ruang Periksa Rumah Sakit)
"Selamat pagi bu,""Ada keluhan apa bu?" tanya Dokter itu ketika Mama sudah memasuki ruang periksa.
"Sedikit pusing, diikuti mual berkepanjangan, Dok."
"Kadang juga, badan ini lemas banget, Dok." ucap Mamaku.
"Oiya, silakan berbaring bu."
"Biar saya cek." ujar Dokter itu.
"..."
"ehmm,"
"Hanya tekanan darah rendah bu."
"Nanti- Saya kasih resep, obatnya bisa diambil di sana ya bu." kata Dokter, menunjuk suatu tempat pengambilan obat.
"Terima kasih, Dok."
Setelah mengambil obat, Mama dan Omak pun menuju mobil yang diparkir di sisi lain rumah sakit itu dengan satpam yang telah menunggu lama disitu.
Di perjalanan pulang, Mama kurang percaya dengan prediksi dokter itu. Karena, Ia takut jika kemarin di rumah mantannya akan terjadi sesuatu padanya. Tetapi, Omak terus saja menenangkan hatinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya.
Jangan lupa vote, follow juga ya.
Hujat yokk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna's life
Teen FictionAruna hidup bersama ibu dan neneknya. Ia memiliki sifat yang sensitif dan mudah marah di masa SMA nya. Tetapi berbeda di usia belia nya. Aruna merupakan keturunan seorang kaya raya meskipun ayahnya jarang sekali ada di rumah, entah kemana perginya h...