Dihari yang cukup cerah dengan para burung yang mendengung, tak bisa menghentikan suara mual Mama yang cukup kesakitan. Padahal hampir seminggu Ia meminum obat dari rumah sakit itu, hingga Mama tak mengajar selama seminggu di universitas andalusia. Kasian sekali Mamaku ini.
Hari itu juga, Mamaku berpamitan pada Omak untuk mengajar. Padahal sebenarnya Ia akan beli sebuah test pack untuk mencari tahu apakah benar Ia tidak hamil? Di apotek terdekat dari kampus itu, Mama membeli sebuah test pack dan meninggalkan jam kelas yang seharusnya belum selesai untuk pulang dan mencoba mencari tahu akan hal itu.
“Assalamualaikum, Omak.” Kata Mama ketika memasuki kamar hotel.“Waalaikumsalam, ko udah selesai?”
“Seharusnya kan belum.” ucap Omak.
“Iya Omak, maaf"
"Aku kurang percaya hasil dokter kemarin. Dan sekarang Aku udah beli alat tes kehamilan.”
"Akan kucoba cari tau,"
“Apa ada seseorang di tubuhku?”
"Atau hanya sakit biasa,"
“Ah, sungguh menakutkan.”
“oh, yasuda silakan.” kata Omak.
Mama memasuki ruang kamar mandi yang membuat dirinya semakin gugup dan sangat takut akan terjadi sesuatu padanya. "Apa yang terjadi nanti? Jika aku hamil bagaimana kata orang-orang? Apa aku menggugurkan kandunganku? Apa aku harus melahirkannya? Ah... nanti saja lah aku takut." gerutu Mama.
"Ceklek," suara pintu kamar mandi terbuka.
“Omakk......”ucapnya dengan nada manja.
“Aku takut....”
“Bagaimana jika aku hamil nanti?”
“Bagaimana kata orang-orang?”
"Aku masih muda Omak, huaa--." tangisan mulai keluar darinya.
“Omakk aku takuttt.” ujarnya dengan meneteskan air matanya.
“Tenang nakk,”
“Jika hamil pasti itu anak dari suamimu.”
“Yakinlah.” ucap Omak.
“Tapi aku takutt, Omak jika nanti ini bukan anak suamiku? Bagaimana?”
"Huaaa-,"
"Omak.... Ini kesalahanku."
"Mengapa aku bisa dibohongi Baron seperti itu- huaa Omak...."
"Sudah sudah,"
"Tenang dulu."
"Istirahat aja,"
“Lakukan nanti malam, mungkin lebih baik.” kata Omak menenangkan.
Ketakutan dalam dirinya seakan tak bisa pergi. Ia yang selalu dihantui rasa takut itu pun tak pernah berani melawannya. Kata Omak yang menenangkan itu hanya terasa seketika saja. Bagaimana pun dia akan menghadapi sesuatu yang besar. Entah tentang kehidupan manusia didalamnya atau tentang hidupnya yang akan dikucilkan para tetangga.
“Nak, kamu ga makan?” ucap Omak.
“Gada selera Omak.” jawabnya.
Malam pun tiba di pukul 20.37 WIB, di sinilah ketakutan terbesarnya diserang oleh dirinya sendiri. Test pack pun telah Ia genggam.
Langkah kakinya seakan tak pernah bisa melangkah. Langkah berat menuju kamar mandi Ia tempuh. Di tunggu oleh Omak yang duduk melihat sebuah sinetron kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna's life
Teen FictionAruna hidup bersama ibu dan neneknya. Ia memiliki sifat yang sensitif dan mudah marah di masa SMA nya. Tetapi berbeda di usia belia nya. Aruna merupakan keturunan seorang kaya raya meskipun ayahnya jarang sekali ada di rumah, entah kemana perginya h...