“Lita kamu beneran nggak mau tinggal di tempat kakak aja?”
“iya kak, disini aja gak papa lagian tempatnya deket dari tempatku”
“kalau keputusan kamu gitu kakak bisa apa, yaudah kakak ada rapat kerja. Kalau butuh apa apa langsung kabarin Kak Tari”
“Iya kakak sayang cerewet banget”
“kamu jaga diri baik baik ya, see you”
“Iya kak aku nyaman dan aman banget disini, See you” bohongku, nyatanya aku tidak bisa tersenyum, bibirku terasa berat akhir-akhir ini tidak mudah untuk diangkat, seperti ada sebuah beban berat yang menempel disana. Ini semua karena mereka yang menatap sinis dan penuh benci, dengan dahi yang mengernyit seolah menganggapku adalah sampah yang tidak layak berada disini. Bagaimana tidak bahkan orang tuaku, entahlah apa mereka juga menganggapku demikian keduanya terus saja membandingkan diriku dan kak Tari. Untuk pergi dari rumah juga bukan kemauanku hanya saja telingaku sudah panas mendengar Mama dan Ayah yang terus saja mengomentari pekerjaanku.
“Lita, menurut mama kamu pindah saja ke tempat kakakmu gajimu bisa lebih banyak disana”
“Coba saja kamu mau ikut kakak kamu sama seperti nasehat Ayah, kuliah di luar negeri gelarmu akan naik dan pekerjaanmu akan jauh lebih baik”
Kakakmu ini
Kakakmu itu
Kakakmu ini, hanya itu yang kudengar sampai muak setiap hari. Mau bagaimana lagi memang aku hanya lulusan S1 biasa dengan gelar S.E bekerja sebagai staff administrasi di sebuah perusahaan swasta dengan gaji biasa biasa saja, sedangkan kakakku lulusan luar negeri jangan tanyakan pekerjaannya dibandingkan denganku yang hanya seorang karyawan maka kak Tari adalah pemilik sebuah perusahaan besar gajinya benar benar cemerlang. Tapi perlakuan buruk semua orang tidak pernah membuatku membenci kak Tari, berbalik dari semua itu kakak selalu mendukung segala keinginanku yang sebenarnya sangat ingin aku dapatkan dari semua orang di sekelilingku.
Drrtt... Drt.. Hpku kembali bergetar memecahkan lamunan.
Mama
“Halo ma”
“Lita nanti malam ada undangan makan malam keluarga besar dirumah kakek, kamu harus datang jam tujuh malam”
“iya aku tau”
“Berpenampilah yang baik jangan permalukan mama dan lihatlah kakakmu sekarang dia... “
Tut... Aku langsung memutuskan sambungan, demi apapun aku tidak pernah ingin membenci kakak hanya karena mama dan ayah selalu membeda bedakan. Yang membuatku muak adalah seakan akan anggapan jika diriku hanyalah benalu yang merugikan dikehidupan mereka.
•••
Kak tari terlihat cantik sekali, dia mengenakan gaun berwarna merah yang tampak begitu mewah melekat ditubuhnya dia benar benar seperti mentari yang bersinar sedangkan aku hanya memakai gaun hitam sederhana selutut.
“Kau cantik sekali dengan warna hitam Pelita warna itu sangat kontras dengan kulit putihmu” puji kak Tari yang semakin membuatku sadar jika aku hanyalah sebuah pelita kecil yang tidak akan pernah menyaingi cahaya mentari, aku tersenyum “Kak Tari lebih cantik”
Kami berempat berangkat bersama dari rumah, Kak Tari bersikeras menungguku saat aku mengatakan tidak akan datang. Mama dan ayah mengenakan pakaian dengan warna yang serasi ketiganya benar benar tampak seperti konglomerat dan aku hanya.... Sudahlah.
“Akhirnya yang ditunggu datang, Mentari kamu cantik sekali sayang”
“calon mantu”
“heh! Ada ada saja kamu mau ngambil ponakan sendiri”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUGH
Short StoryNikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan? mungkin hanya itu, setidaknya kita harus berpikir. sudahkah kita bersyukur hari ini?