✨HAPPY READING✨
Melihatnya sangat menenangkan meski hanya sesaat. Itulah Senja.
Seseorang pernah berkata padaku jika senja mengajarkan bahwa apapun yang terjadi hari ini pasti akan berakhir indah. Aku tak pernah bosan untuk berdo'a kepada yang maha kuasa semoga rentetan kata itu benar adanya.
Dan aku yakin seperti senja yang setia menanti matahari menepi. Seperti itulah aku menantimu kembali. Karena kaulah akhir yang indah bagiku.
Menunggu, hal yang aku lakukan 5 tahun terakhir, ku gantungkan hidup pada sebuah kalimat.
Bukan hal yang mudah bagiku untuk bisa bertahan hingga saat ini. Telah kukorbankan banyak hal seperti waktu, perasaan, serta berjuang untuk melawan diriku sendiri demi ego sang hati.
Aku tahu, bahkan sangat tahu bahwa kamu bukanlah sosok yang pantas untuk aku tunggu. Namun semesta dengan permainan takdirnya sangat hebat. Menjadikan kau sebagai sosok penjahat dan malaikat secara bersamaan.
Tangan yang kamu gunakan untuk menarikku keluar dari kegelapan, secara tidak langsung tangan itu juga yang mendorongku kedalam jurang kehancuran. Kadang aku mentertawakan kehidupanku sendiri, karena yang memang seironis itu.
Aku menatap keremangan malam yang telah menggantikan hamparan jingga dilangit. Terlalu hanyut dalam pikiran sendiri, sehingga senja pamit saja aku tidak sadar. Kuhembuskan nafas pelan dan beranjak berdiri lalu berbalik menjauh dari tempatku termenung tadi.
Melihat senja adalah kegiatan rutin yang aku lakukan beberapa tahun terakhir. Senja adalah saksi saat aku dan kamu menjadi kita.
🌅
Aku menatap gedung pencakar langit dihadapanku. Tempat aku mencari pundi-pundi uang selama tiga tahun belakangan ini.
Senin, entah apa yang membuat banyak orang tak suka atau bahkan membenci hari tersebut.
Bagiku semua hari sama, tetap kelam. Sebelum dia kembali menorehkan warna di hariku.
Kurenggangkan seluruh sendi ditubuhku, kulihat jam yang melingkar dipergelangan tangan.
Aku menghembuskan nafas kasar, beginilah aku, terlalu menggilai kerja.
Semua itu aku lakukan agar aku tidak terlalu fokus pada keterpurukanku.
Aku beranjak dari duduk, menyambar tas yang berada di meja dan bergegas keluar dari ruang kerja.
Langkah kakiku sangat menggema ditengah keheningan malam. Tentu saja hening, waktu saja sudah menunjukan pukul 11 malam, suasana kantor pasti sepi.
Setelahnya, akupun menginjak pedal gas membelah jalanan malam kota Jakarta.
Aku tinggal di sebuah penthouse kawasan elit, ternyata kerja kerasku membuahkan hasil yang manis. Namun hal itu tak membuatku bahagia.
Netraku menyorot intens pada dua manusia yang berada tak jauh dari tempatku berdiri saat ini.
Pria dan wanita. Terlihat seperti pasangan yang saling mencintai.
Namun fokusku pada sosok pria. Selang beberapa saat aku merasa tubuhku tak dapat digerakkan, kaki serasa seperti jelly, jika aku mempunyai riwayat penyakit jantung sudah dapat dipastikan nyawaku akan melayang.