8. Kartu sialan💳

2.6K 117 21
                                    

Vote? Wajib!!


Komen? Harus√

Selamat membaca!!

______________________

Flashback on.

"Ayok Gue udah siap!" Bella mendekati Azka yang sedang memainkan ponselnya di ruang tamu.

Azka melongo melihat penampilan Bella. Dari kepala hingga ujung kaki, Azka meneliti setiap pakaian yang Bella kenakan. Yang benar saja, akan pergi ke tempat umum hanya menggunakan rok jeans sebatas paha dan atasan tank top.

"Ganti!"

Sudah Bella duga, pasti Azka akan melarangnya. Bella berusaha menguras pikirannya untuk mendapatkan izin Azka. Malas sekali jika harus balik ke kamar hanya untuk mengganti pakaiannya. Bella merubah raut wajahnya seperti orang yang sedang kesakitan, lalu memegang pelepisnya sendiri. "Duh Gue pusing!! Nggak usah ganti, ayo cepet keburu Gue pingsan." Ucap Bella sambil mendorong dorong tubuh Azka agar cepat berangkat menuju tempat yang akan dituju.

"Lo denger Gw ngomong apa barusan? Lo nggak budek kan?" Azka menepis tangan Bella yang mendorong dorong punggungnya.

Tidak terima dengan penuturan Azka barusan, Bella menggeplak lengan Azka dengan tenaga yang cukup kuat. "Ihh! Gue pusing, kehabisan tenaga kalo harus naik lagi ke atas cuma buat ganti baju!" Akhirnya Bella pasrah dan mendudukkan dirinya di sofa, lalu menyilangkan kakinya dan menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Nggak ada satu kilo buat jalan ke kamar." Azka tetap tidak mau merubah keputusannya. Jujur saja, ia tidak rela jika orang lain melihat tubuh Bella.

Bella tetap tidak beranjak dari duduknya. Pikirannya, "kalo nggak jadi pergi juga nggak papa, lagian males banget jalan sama Lo."

Melihat Bella yang sama sekali tidak berkutik, Azka mendekat lalu dengan keputusan sepihak Azka membopong tubuh Bella ala bridal menuju lantai atas. Bella yang kaget dengan posisinya yang sekarang, otomatis langsung menjerit. Pikirannya ada gempa bumi atau puting beliung.

"Aaaaaaaa."  Sampai dikamar pun Bella masih tetap setia menjerit.

Bella membuka kedua matanya ketika merasa kakinya sudah menginjak lantai. "Hah? Gue kira ada gempa!" Ucap Bella dengan bodohnya. Ia mengelus dadanya sendiri karena panik. Bahkan pelepisnya sudah dibanjiri keringat.

Azka tersenyum meremehkan sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Memandangi seseorang di hadapannya yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa, Azka baru saja mengagumi kecantikan Bella ketika terlihat panik."Goblok dipelihara."

Bella memandang Azka dengan tatapan sengit, bahkan sangat sengit. "Terus aja ngeremehin!" Lalu ia berbalik dan mulai membaringkan tubuhnya di ranjang. Tidak perduli dengan tatapan tajam dari Azka.

"Lo nggak ganti, Gue tinggal ke kantor."

"Sakarepmu!" 

Sebelum ibunya Azka atau lebih tepatnya mertuanya meninggal, Bella sering mendengar jika bi Mayang sering memakai bahasa Jawa. Jadi sedikit-sedikit tau lah. Apalagi jika memarahi Azka, Bella sangat senang jika mendengar Azka dimarahi ibunya. Dulu Bella sering sekali menjahili Azka, bahkan sampai terjadi salah paham antara Azka dan ayahnya pun Bella penyebabnya.

"Yaudah." Azka pergi meninggalkan kamar.

"Iya iya Gue ganti!" Ingin sekali rasanya berteriak sekencang-kencangnya di wajah Azka. Tapi yasudahlah.

Flashback off.

Kini keduanya sedang berada didalam mobil. Lenyap dengan pikirannya masing-masing. Tidak ada yang membuka suara. Azka yang sedang fokus menyetir dan Bella yang menyandarkan kepalanya di kaca mobil melihat pengendara lain.

"Indomaret atau minimarket?" Tanya Azka tanpa mengalihkan pandangan.

Bella melirik sekilas, namun enggan untuk menjawab. Kesal sekali dengan Azka, sudah ganti baju tetap saja salah. Hanya karena rambutnya ia cepol ke atas.

Katanya, "rambutnya gerai!" Apalagi jika melihat ekspresi bicaranya, benar-benar seperti manusia es

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, "rambutnya gerai!" Apalagi jika melihat ekspresi bicaranya, benar-benar seperti manusia es. Ingin sekali rasanya mencairkan, sebelum menjadi es selamanya.

Karena tidak ada sahutan dari Bella, Azka memilih minimarket. Karena lebih dekat jaraknya.

"Nggak mau turun?"

Bella melirik sinis Azka, lalu melepas sabuk pengamannya dan menyelempangkan Sling bag pada sebelah bahunya.

Saat memasuki minimarket, banyak pasang mata yang memperhatikan Bella dan Azka. Bella tidak kaget dengan tatapan orang lain, toh dirinya cantik. Menurutnya Azka juga tidak malu-maluin. Jadi maklumlah orang lain pada ngelihatin.

Bella mulai memilih bahan-bahan makanan untuk persediaan dirumah, ia juga mengambil beberapa bungkus makanan ringan. Sebenarnya Bella juga tidak tahu harus belanja apa, pasalnya Bella memang tidak pernah belanja bahan pokok. Kalau belanja semacam scen care dan fashion barulah bisa diandalkan. dari pada bingung, semuanya saja ia ambil. Bagian dorong troli biar si bos yang mengatasi.

"Ambil yang perlu aja." Tidak peduli dengan ucapan Azka, Bella terus mengambil entah itu sayuran atau buah-buahan.

Setelah merasa sudah cukup, Bella menggiring Azka untuk menuju kasir. Tapi kali ini Bella yang mendorong troli nya.

"Semuanya Delapan ratus ribu mba." Ucap salah satu pegawai kasir.

Azka mengeluarkan dompetnya dan mulai mengambil salah satu ATM nya. Namun ketika akan diberikan kepada mba kasir, Bella mencegatnya lebih dulu.

"Pake ini aja mba." Ucap Bella menepis tangan Azka.

"Punya saya aja mba." Tidak mau kalah Azka tetap mengekang.

"Apaan sih! Gue juga masih mampu!"

Karena malu dilihat oleh pengunjung lain, akhirnya Azka memilih untuk mengalah dan kembali memasukkan ATM nya ke dalam dompet.

"ATM nya nggak bisa mba." Sudah berulang kali mbak kasir mencobanya tapi tetap tidak bisa.

"Masa sih?" Bella mengeluarkan satu lagi ATM nya. "Coba pake ini."

"Nggak bisa juga mba."

Aneh sekali, perasaan sebelumnya aman-aman saja. Kali ini Bella mengeluarkan black card nya. Semoga saja bisa, bisa malu jika tidak bisa. Mana antrian kasir semakin banyak yang menunggu.

"Tetap nggak bisa." Mbak kasir itu mengembalikan semua kartu Bella yang sama sekali tidak berfungsi.

Karena lelah menunggu, ibu-ibu satu ini angkat bicara. "Black card doang nggak ada isinya!"

Merasa tidak terima atas ucapan yang baru saja di lontarkan oleh salah satu wanita paruh baya, Bella mencibirkan bibirnya dan menatap tajam pada ibu tersebut. "Heh! Udah tua itu perbanyak berdoa! Bukanya malah nyinyir."

Setelah selesai melakukan transaksi, Azka menyeret tangan Bella untuk menjauh dari tempat itu.







Jangan lupa votmen:v

Cimacacih❣️





BellazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang