FOREVER NEVER

36 12 16
                                    

KnightsAcademy21 #kaseason1 

Perdana cerpen wattpad pertamaku. Semoga kalian suka, selamat membaca-!

.

.

.

Princessa POV-

Napasku tersengal, lelah selepas berlari. Lorong ini seakan tak memiliki ujung, terasa sangat panjang tanpa tau dimana akan berakhir. Aku mengusap peluh yang bercucuran. Aku sedang berlari di sebuah lorong gelap dengan penerangan setitik cahaya yang sedari tadi kucari asalnya. Usahaku terasa sia-sia bila kembali mundur, maka aku terus bergerak ke depan menggunakan sisa-sisa tenaga.

"Dimana ujung dari lorong ini? Huffft," gumamku pelan. Aku menghentikan langkahku saat melihat bayangan seseorang yang menutupi cahaya di ujung sana. Dia berjalan mendekat ke arahku.

"Ternyata kamu seorang yang pantang menyerah, ya?" tanya seseorang yang ternyata lelaki itu. Badanku tiba-tiba merinding, merasakan aura yang berbeda.

"K-kau tahu dimana ujung dari lorong ini?" tanyaku dengan nada bergetar. Terdengar suara kekehan dingin darinya.

"Lorong ini tidak memiliki ujung, Princessa," jawabnya santai namun mampu membuatku semakin merinding. Tidak memiliki ujung? Lantas dia muncul darimana?

"B-bagaimana bis-"

"Aku malaikat yang diutus kepadamu, apakah kamu siap?" tanya lelaki yang mengaku sebagai malaikat utusan saat ini. Hah?! Apa katanya?

"Aku tidak mengerti... Apakah aku sudah mati?" tanyaku balik.

"Lebih tepatnya, hampir," jawabnya santai. Jantungku berdetak kencang. Lelucon jenis apa ini?

OoOoO

"Kau mengerti apa yang aku bicarakan, Princessa?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan panjangku. Aku tak menyimak ceritanya –entah dia hanya membual, atau justru kenyataan- sejak awal hingga akhir. Berminat mendengarkannya saja tidak. Aku lebih tertarik untuk berpikir sendiri.

"I-ya, tentu saja," jawabku seadanya sambil menatap lelaki –yang katanya- malaikat itu. Bentuk fisiknya sama seperti manusia pada umumnya, namun dia memiliki aura aneh yang memancar dari tubuhnya. Mungkin tingginya hampir menyentuh 2 meter. Rambut hitamnya tersisir dengan rapi, membuat kesan teratur dan disiplin. Dia bisa dikatakan sedikit, tampan? Ah, bukan sedikit, tapi sangat banyak. Dia menggunakan sebuah kacamata gantung berbentuk bulat yang terletak di mata sebelah kirinya. Entah itu hanya sebagai hiasan atau benar-benar terpakai, aku tak peduli.

"Aku bisa membaca pikiranmu, jangan bertingkah omong kosong," kata malaikat itu. Aku hanya bisa menelan ludah, tak mengerti dengan arah pikirannya.

"Sebenarnya kau menginginkan apa dariku, huh?" tanyaku setelah mengumpulkan sebanyak-banyaknya keberanian. Aku menatap matanya, berusaha mencari jawaban. Namun dia terlihat sangat santai, seolah aku hanya setitik debu.

"Aku sudah menjelaskannya kepadamu, tapi kau tak mau mendengarkan. Dan, tak ada siaran ulang," jawabnya sambil tersenyum mengejek. Baiklah...

"Aku belum berkenalan denganmu. Jika kamu mau, aku akan menuruti keinginanmu. Jika tidak, aku tak akan menurut," kataku menantang. Bola matanya berputar seperti mengatakan, "Ayolah...". Kau pikir aku tak pernah belajar? Tentu saja aku tahu jika malaikat diciptakan tanpa nama.

"Memangnya kau punya apa sehingga bisa memberontak?" tanya malaikat tampan itu kemudian.

"Aku hanya akan diam, sampai kau mau berkenalan denganku," jawabku santai. Kini dia terlihat serba salah. Sejak kapan ada malaikat seperti itu? Aku tertawa dalam hati.

"Baiklah, tapi kau berjanji harus menuruti perintahku," katanya. Aku hanya mengangguk.

"Harus benar-benar identitas aslimu, ya?" tanyaku memastikan. Dia menghela napasnya.

"Sebenarnya semua malaikat memiliki nama, namun sangat dirahasiakan. Hanya karena ini tugas istimewa, aku melanggar janjiku untuk tak memberitahu identitasku pada manusia. Berjanjilah untuk mendengarkan, karena tak ada siaran ulang," jawabnya dengan nada berat hati.

OoOoO

"Berterima kasihlah, hari ini kau selamat dari kematian," kata Prince, malaikat tampan yang diutus untuk menyelamatkanku.

"Terima kasih," ucapku kemudian.

"Segitu saja? Kau bisa dikatakan kurang bersyukur," protes Prince. Aku tersenyum miris, memangnya harus yang seperti apa?

"Tidak usah banyak protes. Aku sudah menuruti semua keinginanmu sejak tadi," balasku. Dia hanya menatapku dengan tatapan datar.

"Kembalilah, kau sudah boleh pulang ke dunia," suruhnya tiba-tiba. Aku menatap matanya lekat. Ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Bagaimana caranya?" tanyaku. Dia menghela napas.

"Pegang tanganku, aku akan mengantarmu pulang," jawabnya sambil mengulurkan tangan. Aku meraihnya. Tangan dingin itu mengeratkan genggamannya. Aku memejamkan mata, mengikuti Prince yang juga memejamkan mata. Kurasakan setetes air jatuh ke bahuku. Aku tak tahu apa itu, yang jelas sesaat setelah itu, aku merasakan sesuatu menghantam dadaku kuat. Aku telah kembali.

OoOoO

Prince POV-

Seharusnya aku tahu, mencintai manusia adalah hal yang salah. Namun rasa ini tak bisa begitu saja kusingkirkan, malah semakin kuat dan menjadi. Ketika pimpinan mengutusku untuk menyelamatkan nyawanya, aku merasa diberikan anugerah yang begitu besar. Namun, itu tak berlangsung lama. Air mataku menetes. Aku merasa tertampar oleh kenyataan. Bahwa, aku dan dia tak akan menjadi kita.

Maafkan aku karena mencintai Princessa sejak ia lahir ke dunia.

END

Yey, udah tamat... Vommentnya qaqaaa~

Makasii uda mampir...

Sekali lagi, ini cuma cerpen yah qaqaaa~

Forever NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang