Chapter 20.2

4.3K 402 87
                                    


Chapter ini pelan aja bacanya. Banyak detail yang dijabarkan dalam percakapan.


SEBUAH café di pinggir jalan menjadi tempat pertemuan yang disepakati oleh Jisung dan Jeno. Dalam pertemuan yang mencairkan rasa rindu itu, keduanya duduk berhadapan terhalang meja. Senyuman sesekali mengembang di wajah Jeno karena perasaan nostalgia.

Dua orang mantan anggota Triple J Assassins itu tengah menikmati minuman kesukaan mereka, segelas besar jus jeruk yang berbuih dan ada tiga sendok eskrim vanilla di permukaan minuman itu. Warna jus yang bening bisa membuat Jeno melihat wajah Jisung dari balik gelas ketika pria tampan itu mengangkatnya, menyeruput isi gelas melalui sedotan kertas disana.

Meja mereka berada tepat di balik jendela, di dekat pintu masuk café, sehingga angin sepoi yang berhembus dari luar bisa masuk dan menerpa wajah mereka malam itu. Sesekali menengok ke sekitar, Jeno sadar bahwa pengunjung café tersebut semua didominasi oleh anak buah Jaehyun.

Mereka datang berpasang-pasang dan duduk menempati beberapa meja dalam café. Alunan lagu yang diputar juga bukan selera Jeno sekali. café itu memutar komposisi dari Liszt yang merupakan komposer favorit Jisung sejak ia masih sangat kecil.

"Kau tidak berubah. Hanya wajahmu saja yang terlihat lebih maskulin dan bertambah tampan. Tapi dalam dirimu, kau masih tetap Jwi kami." Jeno membuka suara.

Sejak kedatangannya kesana. Jisung nampak diam dan menikmati playlist café. Tangan kanan Jaehyun itu belum menunjukkan pertanda akan membahas sesuatu yang penting.

"Selera musik tidak mempengaruhi kedewasaan seseorang hyung," balas Jisung dengan suara yang sudah jauh lebih berat dan dalam, mengejutkan Jeno yang teringat bahwa terakhir ia benar-benar bicara pada Jisung adalah ketika anak itu masih akan memasuki usia remaja.

"Aku tau. Jadi, bisa jelaskan rencananya dan jangan sampai Nana tau soal alasan aku membantu kalian." Jeno menyerahkan seluruh beban punggung pada sandaran kursi.

Jeno tidak tahu bahwa Jaemin dan Jisung pernah terlibat pertarungan sengit tepat setahun setelah kejadian berdarah yang menewaskan Mark, kakak tirinya. Disana, mereka berkelahi sampai pada titik terlelah. Jaemin seharusnya bisa menang dan menghabisi Jisung, tapi ia memilih untuk memaafkan adik kecilnya itu atas apa yang telah dilakukannya.

Mereka sudah bicara banyak. Jeno tidak ada disana untuk ikut berpendapat. Namun, pertemuan hari ini bukanlah medan perang yang mewajibkan Jeno, Jisung dan Jaemin saling menjatuhkan satu sama lain. Kali ini, mereka bertiga akan bertemu sebagai klien dan penyedia jasa secara profesional.

Ada jarak profesionalitas yang mereka junjung tinggi daripada mengedepankan masalah pribadi. Persahabatan Triple J Assassins meskipun di masa lalu begitu dekat, waktu yang terus berputar mendewasakan mereka. Jeno dengan jalan hidupnya, Jaemin dengan kehidupan barunya dan Jisung dengan pilihannya sendiri. 

Suasana tenang itu mulai terasa berat. Jisung beberapa saat lalu sudah menjelaskan melalui telfon tentang kebenaran anak yang dikandung kakaknnya.

Jeno tentu saja tidak percaya sampai ia mendengar suara Ryujin sendiri yang mengkonfirmasi kebenaran itu. Bagaimana Jaehyun mendatanginya dan memaksa meminta mereka berhubungan badan dengan cara tak masuk akal.

Jeno tidak mau hal ini sampai terdengar oleh Jaemin. Menyalahkan keteledoran Ryujin, perasaan itu berbalik pada dirinya sendiri. Seandainya ia tidak menjadi pengecut dan berlari memasrahkan cintanya pada Haechan, mungkin pada malam itu, Jeno masih bisa melindungi Ryujin.

"Noona melakukan ini juga karena tradisi keluarga Na. Nana hyung bukan satu-satunya keturunan keluarga Na bukan?" Jisung mengangkat salah satu lengannya dan menyugar helaian rambut merah mudanya yang lembut dan bau mawar.

The Son ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang