Bab 19 Dijodohkan

76 11 0
                                    

Bab 19 Dijodohkan

Gerbang emas Mandalawangi dibuka lebar menyambut kedatangan seorang Candaka (utusan) terhormat dari Kerajaan Anggala Caklawu yang merupakan kerajaan terbesar setelah Mandalawangi.

"Salam kanjeng prabu?
"Sugeng rawuh dikerajaanku Bahubalang, apa yang membuatmu jauh-jauh datang kemari?"
"Kedatangan hamba kemari atas perintah dari kanjeng Prabu Sangaskara, beliau ingin memberikan sebuah undangan untuk gusti prabu" ucapnya, memberikan undangan itu kepada dayang lalu diserahkannya kepada Prabu Blantara yang tengah duduk di singgasana. Prabu Blantara pun membaca isi surat itu dan tersenyum, Prabu Blantara langsung menerima undangan pesta perjamuan besar-besaran itu dengan perasaan bahagia.

"Akhirnya" pikir Prabu Blantara. Setelah tugasnya mengantar undangan tlah selesai, candaka itupun ijin pamit mengundurkan diri.
"Titipkan salamku pada raja kalian"
"Sendiko kanjeng Gusti, kalau begitu hamba ijin pamit undur diri"
"Silahkan"
Akhirnya Candaka itu pergi kembali ke Kerajaan Anggala Caklawu yang berlokasi di Mahendra (Jawa Timur).

"Sangaskara temanku" kata Prabu Blantara dengan wajah tersenyum duduk di singasananya, Sigarawongso yang melihat rajanya senang juga turut merasa bahagia walaupun ia tidak tahu apa yang membuat rajanya itu bahagia
"Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu" ucap Prabu Blantara.
"Tampaknya gusti prabu sangat senang dengan kedatangan undangan itu" ujar Sigarawongso yang duduk memperhatikan Prabu Blantara yang terlihat bahagia.

Selir Sena yang tak sengaja mendengarnya pun menguping percakapan mereka
"Benar Sigarawongso aku sangat bahagia sekali dengan undangan ini, sebelumnya aku sudah bicara dengan Sangaskara untuk menjodohkan putriku Sekar dengan putranya dan dia setuju dengan lamaran itu, sama pula halnya denganku"
"Ngapunten gusti, berarti gusti prabu akan mengajak gusti putri ke pesta itu?"
"Tentu saja, tentu saja Sigarawongso"
"Ini gawat sangat gawat, jika Sekar dijodohkan dengan putra Sangaskara otomatis Kerajaan Mandalawangi akan jatuh ke tangan Sekar dan Mandalawangi akan semakin kuat karna bersatunya dua kerajaan besar di Nuswapada ini. Ini tidak boleh terjadi, aku harus berbuat sesuatu agar Sangaskara menolak lamaran Blantara" pikir jahat Sena kemudian dengan cepat berjalan ke kamarnya mengambil sebuah kalung lalu memantrainya.

*******

"Arrrrrg" raung Naga putih milik Sekar yang terbang dilangit membawanya melihat-lihat pemandangan indah sambil mengelilingi Gunung Mandalawangi.
"Pemandangan yang begitu mempesona dimana semuanya terlihat hijau dari atas sini" kagum Sekar melihat Jawadwipa yang diselimuti oleh hamparan hutan hijau dari banyaknya pepohonan rimbun di bawah sana.
"Jika aku berjalan dibawah sana, mungkin aku akan tersesat" ucapnya sambil memandang ke sepanjang hutan belantara yang tak habis-habisnya, lalu ia memerintahkan naganya untuk pergi ke Wukir Susundara.

Sesampainya ia disana, Sekar disambut oleh dua abdi yang ditugaskan ayahnya untuk menjaga tempat itu.

"Sugeng rawuh gusti" sambut para abdi itu serempak dengan menangkupkan kedua tangan dan menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Sekar.
"Apa kalian sudah menemukan kakek itu?" Tanya Sekar.
"Nuwun sewu gusti, kami tidak menemukan keberadaan kakek itu dimana-mana, tampaknya setelah penyerangan yang dilakukan oleh pasukan raksasa membuatnya melarikan diri jauh dan bersembunyi gusti, sehingga kami berdua tidak dapat menemukannya"
"Tidaklah apa-apa, jika ditakdirkan untuk bertemu pasti aku akan bertemu dengannya tanpa harus mencarinya, kalian pergilah dan kerjakan apa yang menjadi tugas kalian"
"Sendiko gusti"

Saat diperjalanan kembali pulang melewati daerah Serayu dia bisa melihat keberadaan gunung itu dengan jelas. Melihat gunung itu kembali membuat sekar jadi teringat wajah si baladika itu lagi, dimana dia merangkul dan menyelamatkannya saat itu.

"Kenapa aku slalu teringat akan wajah laki-laki itu, ingin rasanya aku bertemu dengan dia lagi untuk mengucapkan rasa terimakasih ku kepadanya" gumam Sekar, lalu menyuruh naganya pulang ke Mandalawangi dengan cepat karena masih banyak tugas yang harus ia kerjakan setelah tibanya ia disana.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang