Prolog

589 18 13
                                    

Setangkai bunga lili putih diletakkan di atas permukaan tanah. Sebenarnya Claire tak pernah mengetahui bunga apa yang disukai temannya itu. Mungkin dia juga tidak mempunyai bunga kesukaan. Itulah mengapa setiap kali datang ke sana, Claire selalu membawakan bunga yang berbeda, dari mulai bunga mawar, aster, azalea, melati, anggrek, hingga forget me not pun pernah dia pilih.

Menurut Claire, bunga forget me not yang paling menarik karena filosofinya. 'Bunga kecil indah nan memesona ini dinamai bunga forget me not, di mana arti dari bunga tersebut adalah Tuhan yang Mahaesa tak akan pernah sedetik pun melupakan makhluknya walaupun dia kecil dan tak terlihat oleh makhluk yang lain.' Sungguh indah.

Namun karena dia harus membawa bunga yang berbeda di setiap kunjungan, sekarang pilihannya jatuh kepada lili. Dia pasti membawa bunga lili berbeda warna setiap kali mendatangi tempat ini.

"Kamu masih belum melupakannya?"
Claire menoleh ke belakang, matanya langsung bertatapan dengan mata Kanna, rekan sekantornya di penerbitan.

"Kamu menolak seseorang lagi tadi?" tanya Kanna untuk kedua kalinya karena pertanyaan pertamanya tidak dijawab.

Claire mengembuskan napasnya cukup keras hingga terdengar oleh Kanna yang berjarak satu meter darinya.

"Jawabannya pasti sama. Aku udah punya orang yang aku sukai." Tanpa sadar, Kanna memijat-mijat kepalanya beberapa kali. Tak habis pikir melihat perilaku Claire.
"Sampai kapan kamu akan terus begini, Claire? Kamu harus mengikhlaskan kepergian dia. Udah lewat sepuluh tahun."
Kanna merasa dirinya sedang mengobrol bersama tembok, tak ada tanggapan dari Claire sama sekali.

"Aku tahu. Ayo kita pulang."

"Astaga! Kamu dengerin aku nggak, sih, dari tadi? Tanggapan kamu kayak nggak niat gitu," tuntut Kanna yang tampak menggembungkan kedua pipinya karena kesal.

"Aku masih belum melupakannya. Iya, aku menolak seseorang tadi. Aku nggak tahu sampai kapan aku akan terus kayak gini. Gimana? Udah aku jawab semua, 'kan?"

"Kamu paling jago soal bikin orang meradang."

"Kanna, kamu sendiri udah tahu jawabannya, masih juga suka nanya berulang-ulang."

"Baiklah, ayo kita pulang!"

Sampai jumpa lagi, River.

Red TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang