#06

5 2 0
                                    

"Sekarang, mari kita kembali ke markas pusat dan memberi laporan ini pada Jendral Griz," ujar Rie seraya berjalan meninggalkan Seven yang masih berpikir.

"Tidak," Rie pun menoleh dan melihat Seven dengan semangat yang membara.

"Kesempatan ini hanya sekali. Aku tidak akan menyia – nyiakannya semudah itu," ujar Seven sebelum akhirnya berlari memasuki gedung bodoh itu. "Bodoh."

***

'Maaf Rie, tapi aku tidak bisa menuruti ucapan mu, meski jabatan mu lebih tinggi dari padaku. Relish harus ku bunuh!' batin Seven seraya berlari menuju gedung putih itu dan meninggalkan Rie yang masih berdiri dengan menahan segala rasa kesalnya pada tingkah Seven yang gegabah.

Seven pun memasuki gedung itu dengan mudah karena pintunya tak terkunci.

Bang! Lampu lorong pun menyala dan jejeran iblis pun berdiri dihadapan Seven. Meski terkejut, Seven pun menyunggingkan senyuman menantang.

"Wah, ternyata kalian cukup peka dengan kehadiranku," ujarnya seraya menyiapkan kuda – kuda untuk menyerang deretan iblis tersebut.

Disisi lain, Rie sedang dihadapan pilihan untuk membantu Seven atau kembali ke kota Relluya untuk memberi laporan.

"Merepotkan," ujarnya seraya berlari ke titik temu tim Gin secepat mungkin.

"Huft! Sebenarnya Seven dan Rie pergi kemana sih?!" tanya Fian kesal karena sudah menunggu terlalu lama.

"Apa jangan - jangan mereka mendapat kendala dan bertemu dengan Rouir?" curiga Ruri yang langsung tidak disetujui oleh Gin.

"Aku yakin Rie pasti akan baik – baik saja jika bertemu Rouir menyebalkan itu. Namun Seven, aku merasa kurang yakin," sahut Gin seraya kembali berpikir. Fian maupun Ruri setuju dengan ucapan Gin dan kembali memikirkan Seven yang tak kunjung datang.

"Teman – teman!" teriak Rie dari kejauhan yang membuat Gin dengan cepat menghampirinya.

"Rie! Kau kemana saja?" tanya Ruri khawatir. Dengan nafas yang terputus – putus, Rie pun menatap Gin dengan intens.

"Relish ada disini," ujarnya yang membuat Gin dan rekannya terkejut.

"Relish? Maksudmu si pemimpin iblis itu?!" tanya Fian tak percaya yang diangguki Rie.

"Lalu Seven dimana?" tanya Gin panik.

"Ia memasuki markas iblis itu dan akan membunuh Relish," jawab Rie yang membuat Gin kesal sekaligus panik.

"Bawa kami kesana, Rie. Kalian berdua bersiaplah," ujar Gin yang langsung diangguki oleh Fian dan Ruri.

"Ikuti aku," ujar Rie seraya berlari menuju markas persembunyian Rouir dengan Gin yang mengikutinya dibelakang.

'Berhentilah bersikap ceroboh, Seven!'.

***

Meskipun lelah dan keringat bercucuran, Seven terus berlanjut membunuh satu persatu iblis dihadapannya. Bats! Seven pun berusaha mengontrol nafasnya ketika berhasil membasmi semua iblis yang mengepungnya tadi.

"Ada keributan apa disini?" ujar iblis dengan rambut hitam keriting ketika berada dilorong. Seven pun tertegun ketika mengetahui iblis itu adalah Rouir. "Ahh.. Kau pasukan Norel, ya," ujarnya seraya mendekati Seven.

Meski masih merasa lelah, Seven pun mulai menyiapkan kuda – kuda untuk menyerang iblis Rouir dihadapannya. "Tak usah canggung," ujarnya seraya berdiri dihadapan Seven.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S E V E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang