BAB 14

7.8K 1.3K 59
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 14
PENGAKUAN

Aku tidak butuh belas kasihanmu.
Karena aku tidak pernah menyesali segala keputusan yang pernah aku ambil
~Carlista Rona~

Alarm di ponsel Lista berbunyi saat waktu sudah menujukkan pukul setengah tiga pagi. Pemilik ponsel itu pun segera membuka kedua matanya, tidak terlalu lebar. Gara-gara ucapan Rizal, dia jadi menangis semalaman, akibatnya kini matanya sedikit bengkak.

Lista juga merasa kesehatannya semakin memburuk, dia sudah menahan nyeri dan sesak di dadanya sejak sebelum tidur. Hal ini karena Lista tidak mau Rizal tahu kalau dia penyakitan. Dia tidak mau Rizal semakin kasihan padanya.

Setelah mematikan alarm, Lista bangun dari tidurnya secara perlahan. Dia berjalan menuju kamar mandi dengan tertatih, tubuhnya sangat lemas. Tangannya meraba-raba sekitarnya dengan hati-hati. Takut menjatuhkan sesuatu hingga membuat kegaduhan dan Rizal terbangun.

Namun, tanpa Lista sadari, laki-laki itu ikut membuka mata saat mendengar alarm Lista yang lumayan kencang. Bahkan kini Rizal tengah memandangi gerak-gerik gadis yang sudah menjadi istrinya itu tanpa kedip.

Setelah berhasil sampai di kamar mandi, Lista segera menutup pintu. Di sana dia membuka jilbabnya, dan terpampanglah kepalanya yang halus tanpa sehelai rambut. Inilah yang menjadi alasannya menolak Rizal. Rizal sudah dewasa, dia pasti akan tahu kalau selama ini Lista menjalani kemoterapi, pengobatan untuk penderita kanker.

Setelah selesai berwudu, Lista segera memakai jilbabnya kembali, kemudian membuka pintu kamar mandi. Dia memakai mukenanya yang sudah diletakkan di meja. Setelah itu dia memposisikan diri untuk bertemu Allah dengan salat tahajud.

Lista melakukan salatnya dengan khusyuk, dia menikmatinya. Karena menurutnya saat bertemu Allah di tengah malam, dia merasa sangat dekat dengan-Nya. Segala kesedihan dalam hatinya seperti hilang karena mendapatkan pelukan cinta dari Penciptanya.

Lista mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Dia memejamkan mata, siap mencurahkan isi hatinya pada Penciptanya. Lista menyiapkan dirinya, dan saat itu juga air matanya mulai berjatuhan. Dalam hatinya dia berdoa, takut didengar orang lain.

"Ya Allah, hamba tahu, hamba hanyalah makhluk-Mu yang penuh dosa. Hamba tidak bisa apa-apa tanpa-Mu. Jadi, tolong bantu hamba-Mu yang lemah ini." Air mata Lista semakin deras.

"Tolong bukakan hati Rizal supaya dia mau memaafkan hamba. Dan juga-" Lista semakin terisak.

"Tolong bantu hamba mendapatkan hatinya lagi. Bantu hamba mendapatkan cintanya lagi sebelum Engkau menyuruhku pulang. Hamba mohon ...."

Lista menangis lagi dalam doanya. Bahkan air matanya sampai terkuras habis, kepalanya sampai sakit karena terlalu lama menangis. Napasnya juga mulai terasa berat.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang