Malam ini kami dengan tergesa menuju Rumah sakin Hasan Sadikin. Entah mengapa aku lebih memilih diam dan membiarkan Marva terisak sendirian. Luisa yang juga diam, matanya tertuju fokus menatap jalan raya yang padat walau malam hari.
"Rey lo kenapa si"
"Va, yakin sama kita kalo dia baik baik aja"
"Tapi lo denger sendirikan Sa, dia koma"
Luisa memilih bungkam lagi. Tak bisa berkata apa apa karena sedaritadi Marva terus saja terisak. Takut. Satu kata yang sekarang bersarang dipikiranku. Bagaimana jika itu memang benar dia?
Sekitar tiga puluh lima menit kami sampai di rumah sakit. Masih banyak orang berlalu lalang di rumah sakit ini. Aku takut sekali ya tuhan, bagaimana jika itu benar benar dia? Lamunanku tiba tiba saja buyar ketika Luisa berteriak memanggil Marva yang mulai berlari masuk ke dalam. Baru saja hendak melangkahkan kaki, namun benakku segera berkata bahwa jangan dulu melangkah masuk kedalam sebelum aku benar benar siap.
Mataku menjelajah tempat disekitar rumah sakit, dan berhenti tepat disebuah coffe shop di ujung jalan. Aku mulai melangkahkan kakiku menuju kesana. Huh setidaknya aku bisa menenangkan pikiranku terlebih dahulu disini.
Malam ini air turun lagi mengunjungi bumi, hanya titik titik lembut dan tidak akan membuat bumi basah kuyup. Sangat indah, namun gerimis yang indah ini justru yang membuat kepala menjadi pusing.
Malam ini dengan ditemani kopi susu tanpa gula yang rasanya sangat fantastis di lidahku, aku dapat sedikit meredam rasa khawatir yang terus saja bergejolak dipikiranku.
"Ta, ngapain lo disini malem malem"
Aku mengangkat kepala, menatap sosok perempuan seumuranku dengan jaket jeans yang lebih besar dari tubuhnya. Dia Rara, sepupuku. Berambut hitam lurus dengan poni yang sudah memanjang. Tinggi dan putih.
"Eh kamu sendiri ngapain Ra?"
Rara menarik kursi dihadapanku. Tampak memberi jeda sebelum menjawab.
"Enggak ada, cuma pengen ngopi disini aja. Katanya kopi disini enak"
Aku menangguk saja, nyatanya memang kopi disini sangat nikmat. Aku menatap jam mungil dipergelangan tangan, sudah lima belas menit disini. Rasa takutku telah redam dengan hadirnya secangkir kopi susu tanpa gula dan rintik hujan yang lembut.
"Ra, aku pergi duluan ya. Kamu kesini bawa mobilkan?"
"Iya, mau gue anter?"
"Enggak, nanti kamu pulangnya hati hati ya. Jangan kemaleman"
"Iya iya, lo juga hati hati"
Aku menanggukan kepalaku dan berjalan melangkah keluar coffe shop menuju rumah sakit. Bau ini, bau tanah yang berpadu dengan guyuran air, sangat nikmat dan menenangkan.
Tak butuh waktu lama aku berjalan dan menemukan kamar dimana Alpha tidur saat ini. Tidur dalam balutan kegelisahan bahkan rasa kebimbangan akan memilih jalan yang mana. Akankah masih bertahan ataukah pergi. Tapi aku harap dia sedang berjuang memilih jalan pertama, bertahan.
"Ta, lo darimana aja sih?"
"Maaf tadi aku beli kopi di ujung jalan"
Luisa tampak menangguk mengiyakan. Kulihat Marva telah terlelap dalam bahu Luisa. Aku mendaratkan tubuhku pada kursi disamping Marva.
"Gimana mereka?"
"Tadi Reynard udah sadar tapi masih di ICU sama Alpha, belum dipindahkan karna kondisinya juga belum stabil. Kata dokter besok pagi Reynard harus oprasi"
"Alpha gimana?"
"Alpha? Kenapa nanyaiin dia? Atau jangan jangan lo kenal juga sama dia?"
Aku menggeleng kikuk. Berfikir untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan realistik susah juga ya.
"Engga kok, dia kan temen Reynard. Koma juga bareng Reynard, so wajarlah aku tanya"
Bodoh, kok kesannya kalimatku nggak nyambung si.
"Iya juga ya. Alpha sampe sekarang belum sadar. Katanya ada pendarahan serius di kepala belakangnya. Kita berdoa aja biar mereka bisa sembuh total"
"Maksudtnya sembuh total?"
"Kata dokter, kalau Alpha dalam waktu tiga hari belum sadar akan sangat beresiko Ta"
Aku memalingkan wajahku dari Luisa. Menatap lorong rumah sakit yang sudah mulai sepi. Setets air mata turun tanpa permisi dan mengalir membasahi pipiku.
Tenang Beta, aku belum bisa menyimpulkan kalau ini benar benar dia, teman kecilku, sebelum ada jawaban pasti dan bukti yang kuat. Kulihat juga belum ada om Andreas disini, jadi jangan berfikir buruk dulu Arbeta, tenang.
Perlahan aku ikut memejamkan mataku yang mulai memberat. Mengijinkan otaku istirahat dan terlelap melupakan pikiran yang terus beradu. Selamat malam kalian semua. Dan selamat malam buat kamu yang sedang berjuang.
~•~•~•~
Hai, apa kabar kalian semua?
Semoga sehat selalu ya. Selamat menunaikan ibadah puasa buat kalian yang menjalankan. Maaf ya aku update lama hehehe. Maklum sibuk nugas. Oh iya jangan lupa vote dan coment ya. Tambahkan perpustakan pribadi juga biar enggak ketinggalan!!!Terimakasi semua 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA BETA
Ficção AdolescenteBukan aku alasan untukmu berubah. Namun dirimu sendiri yang menentukannya. Mau tetap terjebak dalam kegelapan dan kesunyian? Atau mau berjalan menentukan hal yang berbeda dari kegelapan dan kesunyian? ~Beta~ kamu memang bukan alasan untuk merubahku...