TRIIINNGGGG....
Suara bel kafe berbunyi, menandakan ada seseorang masuk. Sore itu, dengan cuaca yang cukup dingin serta keadaan kafe yang sepi. Suasana yang bagus untuk seorang gadis yang sedang stress. Dara yang baru saja sampai sekitar satu jam lalu, kini masih berkutat dengan beberapa buku dan laptop yang menyala.
"Mbak, hot hazelnut coffee satu ya,"
"Baik, Kak. Ada tambahan lain?" tanya sang barista. "Hmmm, itu dulu deh."
"Kok kayak kenal ya suaranya," gumam Dara. Ia sangat penasaran, siapa pemilik suara lembut itu. Ingin rasanya memesan sesuatu sembari modus melewati kursi si pemilik suara itu.
"Permisi, ini Kak, pesanannya,"
"Makasih, Mbak. Oh ya, toilet di mana ya?" tanya si suara lembut. Setelah diberitahu letak toilet, ia pun segera beranjak dari tempat duduknya.
Dara langsung pura-pura membaca buku setelah melihat targetnya berdiri. Alangkah kagetnya karena lelaki itu seperti melangkah ke arah tempat duduknya. Dara makin tak karuan, karena bingung harus melakukan apa, akhirnya ia pura-pura menelfon.
"Aneh banget tuh cewek," ucap si pemilik suara lembut.
Setelah tahu kalau lelaki itu menuju toilet, akhirnya Dara bisa bernapas tenang, "Huh, kegeeran banget gue!"
Tidak sampai lima menit Dara tenang, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, "Ra?". Yang dipanggil masih saja diam tak berkutik, terkejut sekali sepertinya.
"Saka? Ya ampun!" jawabnya dengan kepala menengok ke belakang, lalu ia mempersilahkan Saka untuk duduk di depannya.
"Aku kira siapa, ternyata kamu, Ra. Soalnya gerak-gerik kamu aneh banget," kekeh Saka. "Lagi ngetik dibilang aneh? Kamu yang aneh!" jawab Dara.
Saka tersenyum hangat, lalu kembali ke tempat duduknya untuk mengambil pesanannya dan dipindahkan ke meja Dara.
Ternyata si pemilik suara lembut itu adalah Saka─sahabat Dara sejak SMP. Pantas saja suaranya tak asing bagi Dara, karena hampir dua empat per tujuh didengarnya.
"Tumben Ra, ke kafe, biasanya ke perpustakaan kota," ucap Saka membuka topik kembali. "Hehe, sekalian ngopi aja gitu, cari suasana baru."
"Ada masalah?"
"Stress banget mikirin jalur penerimaan SMA! Harusnya sih aku tenang ya karena ada SMA deket rumah, tapi kamu tau kan, aku inginnya ke mana," jawab Dara lalu ia menyesap coklat panasnya, "Oh iya, kamu daftar ke SMA mana?"
Saka termenung sebentar, seperti enggan menjawab, "Hmm, rahasia! Hahahaha."
"Ih, kok gituuuu," keluh Dara yang memajukan bibirnya.
"Nanti juga kamu tau, jangan manyun gitu deh Ra, gemesin banget." Ucapan Saka sukses menerbangkan Dara.
"Gombal!"
Bukan Dara namanya kalau tidak kepikiran dengan jawaban itu, alhasil ia terus saja memancing Saka agar memberitahu jawaban sebenarnya, "Eh SMA swasta yang di tengah kota itu bagus lho, gak daftar ke sana?"
"Kan banyak, Ra, SMA swasta tuh,"
"SMA swasta Islam itu lho, yang kamu ingin," Dara sampai memajukan wajahnya untuk melihat reaksi Saka, "Oh yang itu. Gak deh, aku daftar ke negeri dulu."
"Ish! Kamu daftar ke mana sih? Kok aku gak boleh tau? Biasanya aku selalu tau apapun itu!"
Saka terkekeh gemas, "Ck, ntar juga kamu tau, Ra. Belum waktunya aja, biar kejutan gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionDara dan Saka adalah teman baik sejak SMP, mereka dipersatukan kembali di SMA yang sama. Awalnya, tidak ada bumbu cinta di antara mereka, sampai akhirnya Dara menaruh hati pada sahabatnya. Memang, jalan cerita mereka tidak mulus, ada saja halangan m...