Bab 34. Manusia Iblis

2.6K 336 6
                                    

Arabella tersenyum saat Awan keluar dari kamar mandi. Rambut pria itu masih setengah basah, membuatnya terlihat segar dan lebih tampan. Ditambah lagi kaus oblong warna putih dan jeans panjang, penampilannya sangat jauh berbeda dibandingkan saat bekerja. Usianya jadi terlihat lebih muda.

"Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Awan sembari mendekat.

"Aku lebih suka kamu yang kayak gini," jujur Arabella.

Awan menunduk memerhatikan penampilannya. Lalu tersenyum. "Emang aku yang biasanya kayak gimana?" tanyanya.

"Lebih dewasa. Lebih rapi. Dan ..." Arabella mengulum senyum.

"Dan?" Awan menaikkan sebelah alisnya, membungkuk di atas Arabella.

"Dan ... Lebih tua!" jerit Arabella sembari tertawa terbahak-bahak.

"Ehh, berani ya kamu ngatain aku tua." Awan menggelitik pinggang Arabella. Tawa wanita itu terdengar semakin lepas.

Awan menghela nafas. Bahagianya terasa berlipat ganda malam ini. "Besok kamu udah boleh pulang. Kita bisa lanjutin persiapan pernikahan kita," ucapnya dengan serius, tapi sangat lembut.

Arabella mengangguk.

"Aku udah nggak sabar banget nungguin tujuh hari lagi untuk bisa memiliki kamu, Ra."

"Aku juga," balas Arabella.

"Kalian akan jadi milik aku seutuhnya. Kita akan hidup bahagia sebagai keluarga kecil."

Arabella terharu mendengarnya. Diusapnya lengan Awan dengan lembut. "Makasih ya, Wan. Kamu udah nerima semua kekurangan aku selama ini. Kamu nerima bayi yang aku kandung selayaknya anak kamu sendiri. This means a lot to me."

"Karena aku mencintai segala hal yang ada sama kamu, Ra. Selama itu masih bagian dari diri kamu, aku akan mencintainya juga."

Arabella mengangguk.

Satu minggu lagi bukanlah waktu yang lama. Dia akan duduk di pelaminan bersama pria baik hati ini.

"Ngomong-ngomong, aku belum pernah denger kamu minta sesuatu. Kamu beneran nggak ngidam?" selidik Awan.

Arabella tercengir. "Sebenernya udah lama banget aku pengen makan sesuatu, tapi takut malah ngerepotin," jujurnya.

"Ya ampun, Ra, kamu tinggal ngomong aja sama aku. Ngapain mikir kayak gitu? Ayo, apa yang pengen kamu makan?" Awan memaksa.

"Aku ... Pengen banget makan acar."

"Acar?" Awan rasanya pernah mendengar nama makanan ini, tapi tidak ingat bagaimana bentuknya.

Arabella mengangguk.

Awan mengeluarkan ponselnya dan mencaritahu seperti apa Acar itu sebenarnya. Ternyata ada banyak sekali wanita hamil yang ngidam makanan jenis ini.

"Kayaknya susah dicari deh jam segini. Nanti aja kalau ketemu," ujar Arabella pengertian.

Awan menggeleng. "Bakal aku cari sampai dapet. Ini ngidam pertama kamu yang wajib aku penuhi." Dengan penuh semangat dia mengambil kunci mobil.

"Hatu-hati," ucap Arabella.

Awan mendekati Arabella kembali dan mencium keningnya. "Tunggu aku ya," katanya dengan senyum penuh kasih.

Arabella mengangguk.

Meski Awan sudah pergi, Arabella masih terus tersenyum. Rasanya sangat bahagia. Diusapnya perut, "kamu beruntung banget, Nak, punya Papa yang bakalan sayang banget sama kamu."

Terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang dari luar. Arabella pikir itu Awan, "pasti ada yang ketinggalan."

Bukan Awan.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang