Mimpi Buruk

2.6K 192 17
                                    

Hari-hari menjelang persalinan Hinata terus berjalan, Hinata benar-benar tak lagi pernah melakukan pekerjaan rumah, Naruto pun sudah tak lagi menerima misi demi menemani sang istri menjelang persalinannya. Hinata yang sebentar lagi akan melahirkan anak ke duanya bersama Naruto membuat semua orang-orang dekatnya ikut bahagia tak terkecuali para anggota klan Hyuga.

Sama dengan saat Hinata hamil Boruto, menjelang persalinan Naruto lah yang paling gugup. Naruto selalu cemas memikirkan proses persalinan Hinata.

Saat ini Naruto sudah tertidur lelap sedangkan Hinata sedang sibuk merajut syal karena terbangun dari tidurnya dan tidak bisa tertidur lagi.

"engh.." Naruto tiba-tiba gelisah "AAAKKHH..." Naruto terbangun dan berteriak.

"Naruto-kun?" Hinata yang sedang merajut syal di sofa samping ranjangnya langsung menghentikan kegiatannya dan mendekat ke arah Naruto.

Naruto berkeringat dan napasnya berderu.

"Naruto-kun, kenapa?" Hinata duduk di samping sang suami.

"Hinata?" Naruto terlihat kaget lalu memeluk sang istri.

"hm?" Hinata bingung "mimpi buruk?" tanya Hinata.

Naruto hanya mengangguk dalam pelukan Hinata.

"mimpi apa?"

Naruto tidak menjawab dan terus memeluk Hinata.

"kalau tidak ingin menceritakannya tidak apa-apa, tapi minum dulu ya, tunggu aku mau ambil minum dulu" ucap Hinata.

"hm.." Naruto menahan Hinata agar tidak pergi.

"Naruto-kun" Hinata mengusap-usap punggung sang suami dan menenangkannya.

Naruto P.O.V

Aku terbangun setelah mimpi buruk, mimpi yang benar-benar buruk.

Dalam mimpi ku, aku melihat Hinata tak lagi diperbolehkan tinggal denganku karena aku tak becus sebagai suami, aku takut. Aku takut Hinata dan Boruto pergi meninggalkan aku.

Aku tak ingin sendirian lagi, aku tak ingin istri dan anak ku pergi.

Saat aku terbangun, aku langsung memeluk Hinata dan tanpa sadar aku menangis.

"mimpi apa?" tanya Hinata.

Aku memutuskan untuk tak menceritakannya, karena aku masih syok

"kalau tidak ingin menceritakannya tidak apa-apa, tapi minum dulu ya, tunggu aku mau ambil minum dulu" Hinata melonggarkan pelukanku dan berdiri namun aku menahannya.

Hinata terus mengusap punggungku dan menenangkan aku.

"jangan pergi" ucapku lirih pada Hinata.

"aku tidak akan kemana-mana" jawabnya.

"jangan tinggalkan aku" ucapku lagi dan terus saja memeluknya tak mau lepas meski terhalang perutnya.

"hm? Apa kau bermimpi tentang aku yang pergi meninggalkanmu?" tebaknya dan aku diam saja sebagai jawaban "aku tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi, dalam keadaan senang maupun susah aku akan tetap disini menjadi tempatmu pulang" jawabnya menangkan aku.

Hinata terus mengusap punggungku dan kepalaku bergantian.

Aku yang mulai tenang melonggarkan pelukanku dan menatap Hinata sejenak, lalu setelah itu aku duduk di bawah dan menyandarkan kepalaku ke perut besar Hinata. Hinata membiarkan aku dalam posisi itu sambil terus mengusap kepalaku.

Naruto P.O.V End.

Hinata terus saja mengusap surai kuning sang suami.

"tadi kau sedang apa? kenapa tidak tidur?" tanya Naruto pada Hinata.

"aku terbangun karena mau pipis dan tidak bisa tidur lagi jadi aku memutuskan untuk merajut" jawab Hinata.

"begitu ya" ucap Naruto "Hinata.. aku ingin putri kita juga pandai merajut syal seperti dirimu" Naruto tetap di posisinya.

"oh begitu kah" Hinata tersenyum mendengar perkataan Naruto.

"aku tak ingin kehilangan kalian"

"aku dan anak-anak tidak akan pergi meninggalkanmu, ayah"

"aku tidak mau sendirian"

"aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi, jangan mencemaskan hal yang tidak akan pernah terjadi!"

"hm" Naruto mengangguk.

Suasana jadi hening sejenak.

"Hinata?"

"ada apa?"

"aku ingin putri kita kelak memiliki senyum indah sepertimu"

"kau merayu ku?"

"tidak, aku bicara fakta"

"oh hahaha"

"rambut seperti mu juga"

"baiklah"

"mata seperti mu"

"em baik"

"lalu.."

"cukup! Kalau semua seperti aku, kenapa bukan aku saja yang jadi anakmu, Naruto-kun" canda Hinata.

"tidak mau, Hinata harus menjadi istriku selamanya"

"hahahaha.... Habisnya kau ingin putri kita mirip dengan ku, nanti aku kalah cantik dong" canda Hinata lagi.

"eh, bukan seperti itu maksudku tapi aku ingin kelak dia secantik ibunya, begitu"

"ooh.. begitu"

"iya" Naruto terus memeluk perut Hinata "kalau aku dan Boruto bagaimana?" tanyanya.

"apanya?"

"lebih tampan mana?"

"hmm.... Tentu saja lebih tampan dirimu" jawab Hinata.

"benarkah?" Naruto mengangkat kepalanya karena senang.

"tapi Boruto lebih menggemaskan, lebih lucu, lebih imut dan.. lebih putih"

"jahat" Naruto merunduk kembali.

"hahaha... kan fakta"

"iya itu fakta yang jahat-dattebayo"

"hahahaha...." Hinata tertawa "suamiku tampan kok lebih tampan dari semua lelaki yang pernah ku temui" goda Hinata.

"kau membuatku malu-dattebayo" Naruto tersenyum lalu menenggelamkan kepalanya ke pangkuan Hinata.

"eh hahahaha" Hinata tertawa geli.

"sayang lihat! Ibu menggoda ayah" Naruto berbicara pada sang anak di kandungan Hinata.

Hinata hanya tersenyum sambil mengusap surai sang suami.

"nanti kalau kamu sudah lahir dan kelak punya pasangan jangan seperti ibu ya"

"eh kenapa?" heran Hinata.

"iya lah nanti suaminya malu digoda terus"

"oh hahahaha.."

"cari pasangan jangan yang terlalu tampan ya!" ucap Naruto lagi.

"kenapa?" tanya Hinata.

"nanti aku kalah tampan-dattebayo, aku tidak mau" canda Naruto.

"eh hahaha..." Hinata tertawa "sudah ah, aku capek ketawa terus, kita tidur lagi ya!?" lanjutnya.

"siap bos"

Hinata hanya tersenyum lalu berbaring di ranjangnya. Naruto memeluk Hinata dengan sangat erat meski terhalang oleh perut besar Hinata.

"Selamat tidur Naruto-kun" ucap Hinata.

"selamat tidur sayang" jawab Naruto setelah itu dia mengecup kening Hinata.

Mereka kembali tertidur pulas.

NEXT PART

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran.

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...

MALAIKAT KECIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang