POV Ilya
Akhirnya, sesi sidang hari ini selesai. Sebentar lagi Karim temanku akan bebas walau aku tidak dapat mengetahuinya secara pasti. Aku keluar dari gedung pengadilan dan dengan menggunakan taksi online pergi kembali ke rumah Mevrouw Sofia. Saat aku sampai, aku berdiri di trotoar menunggu, Kak Lodewijk, Tuan Wisnu dan Mevrouw Sofia datang. Beberapa menit kemudian, aku melihat sebuah mobil datang dan berhenti kemudian melihat Kak Lodewijk membuka pintu kursi depan mobil, keluar dari mobil tersebut dan berjalan mendekatiku. Kami berdua berdiri menghadap jalanan dan terjadi sedikit percakapan di antara kami.
"Jadi, sebentar lagi ini berakhir ya?" tanyaku.
"Semoga, Insha Allah." jawab Kak Lodewijk.
"Heheh." aku sedikit tertawa membuat Kak Lodewijk bertanya.
"Kenapa ketawa?"
"Nggak Kak, cuman, aku enggak nyangka kita bakal nyampe ke tahap ini." jawabku padanya.
"Ya, aku juga enggak nyangka." ujarnya padaku mengiyakan kemudian dia mengatakan sesuatu padaku.
"Kamu tau Ilya? Kamu satu-satunya orang Rusia yang aku kenal seumur hidupku dan aku gak pernah nyangka kamu itu tipikal orang Rusia yang sering ditunjukin di film-film aksi yang aku kira itu cuman stereotip doang. Heheheh..."
Ia tertawa sedikit dan aku turut tertawa juga kemudian membalas pernyataannya.
"Hahahah, yah Kakak juga stereotip pengacara yang jago ngomong."
"Kalau ini semua udah berakhir kamu mau ngapain?" tanyanya padaku.
"Kalau kampus udah libur, aku mau pulang, aku kangen sama orang tuaku, Kakak sendiri mau ngapain kalau ini semua udah selesai?" ujarku menjawab pertanyaanya kemudian aku balik bertanya.
"Aku mau berhenti sebentar dari jadi pengacara, mungkin cari pekerjaan lain buat sementara waktu." ujarnya padaku menjelaskan.
"Hmmm." jawabku padanya kemudian ia memanggil namaku.
"Hey, Ilya."
"Ya?" jawabku.
"Aku belum pernah bilang makasih ke kamu buat usaha kamu nyelametin aku dari rumah tua tempat aku disekap jadi aku mau bilang makasih buat itu." ujarnya padaku.
"Sama-sama, Kak Lodewijk, aku juga belum pernah bilang makasih karena Kakak mau jadi pengacara buat nolong temenku bebas dari ditahan di penjara jadi, makasih juga Kak Lodewijk." ujarku padanya mengucapkan terimakasihku.
"Sama-sama." jawabnya.
Setelah percakapan singkat itu, kami berdua melihat mobil yang biasa dikendarai Tuan Wisnu datang mendekat ke depan pintu gerbang kemudian pintu kursi pengemudi mobil terbuka dan Tuan Wisnu berjalan membuka pintu gerbang rumah Mevrouw Sofia. Kami berdua menunggu mobil tersebut masuk kemudian kami melangkah masuk dan berjalan menuju teras rumah dan berdiri menunggu Tuan Wisnu selesai memarkirkan mobilnya.
Setelah selesai memarkirkan mobil, kami melihat Mevrouw Sofia keluar dari mobil dan berjalan menghampiri kami dan membuka pintu rumahnya dan setelah pintu rumah terbuka, ia meminta kami masuk ke dalam.
"Ayo masuk." ujarnya pada kami dengan tersenyum.
"Iya, Mevoruw." ujarku padanya.
Kami berdua berjalan masuk ke dalam, Kak Lodewijk langsung berjalan menuju lantai atas kembali ke kamarnya sedangkan aku duduk sejenak di kursi ruang tamu kemudian Mevrouw menghampiriku dan memanggilku.
"Kak Ilya?"
Aku langsung berdiri kemudian menjawab panggilannya.
"Iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Darah Dan Hati 2 Dream Reality
Fiksi SejarahKelanjutan cerita dari Novel "Antara Darah dan Hati", berkisah di dunia alternatif di mana karakter novel pertama memiliki latar belakang yang berbeda. Setelah gagal menghentikan aksi ritual Okultis Belanda, Karim Dawala Sokolovic dikejutkan oleh ke...