Ramadan Panjang Amon - 1 | Puasa

3 0 0
                                    

Ramadan.

Bulan suci bagi penganut Islam.

Waktu di mana dosa-dosa dihapuskan dan pahala dilipatgandakan.

Ramadan.

Bulan sakral bagi penganut Islam.

Waktu di mana setan-setan dibelenggu dan malaikat dikerahkan.

"Terus kenapa dia masih berkeliaran?" tanya Louise mengerutkan dahinya. Telunjuknya mengarah lurus pada seorang pemuda berambut perak.

"Yang satu ini pengecualian,"  jawab Amon pasrah sembari membersihkan sisa-sisa kulit pisang dari rambutnya.

Di kejauhan, Mstislav berlarian girang dikejar oleh Shing yang mengamuk kesetanan. Kemeja putih Emperor nampak kotor--- berkat kejahilan Tsar yang memasang jebakan balon berisi sampah dan cat di beberapa titik panas Pravnich. 

Hancur sudah ekspektasi Amon untuk melalui hari pertama di bulan suci Ramadan dengan ketenangan batin.

***

"Mon, ajarin gue puasa dong..." Pinta Louise pagi itu. Hari itu menandakan hari kedua di bulan Ramadan di mana seluruh Muslim wajib berpuasa selama 1 bulan penuh dari subuh hingga terbenamnya matahari.

"Mau jadi mualaf?" Tanya Amon datar. Agaknya ia tertarik, walaupun pada dasarnya ia tahu kemungkinan Louise pindah agama dari Kristen ke Islam sangat kecil.

"Bukan... Gue pengen diet. Lu bilang puasa 1 bulan, kan? Nah gue pengen coba sekalian."

Dugaan Amon rupanya tepat. Ia pun membalas Louise dengan nyinyir. "Emang kuat?"

"Ya coba dulu, lah..." protes Louise. Tangan ringannya menampol lengan Amon, diikuti oleh tawa kecut.

"Puasa itu tujuannya bukan buat diet, tapi ibadah, lillahi ta 'ala." Kata Amon adem. Matanya terpejam dan kedua tangannya menengadah dalam mosi berdoa.

"Ye elu mah ibadah aja, tot. Gue maunya diet." Celetuk Louise sambil menowel lengan Deputinya.

Amon mendengus, namun raut mukanya masih konstan--- datar, kalem layaknya permukaan laut dalam.

Sama seperti kontinen lainnya, Pravda memiliki demografi penduduk yang beragam. Tidak ada pembedaan suku, budaya, agama, ras, bahkan jenis kelamin sekalipun. Semua hidup bersama dalam satu atap, satu negara bernama Pangea. Toleransi dijunjung tinggi dan merupakan agenda utama monarki dalam proses awal unifikasi. Political will dari sang monarki dan kepercayaan masyarakat pada Dux-lah yang membuat semua ini berhasil.

Sek ta lah... Oi, ini lagi bikin cerpen apaan sih? Malah bahas politik.

Ahem!

Nuansa Ramadan terasa kental di jalanan Pravda. Tiada perubahan signifikan dari sisi rutinitas penduduknya di siang hari. Geliat Ramadan baru terasa ketika malam menjelang--- lampion-lampion berbentuk ketupat dipasang dan kios-kios makanan menjajakan jajanan serta ragam makanan Timur-Tengah menjamur. Tidak hanya Muslim yang menikmati nuansa kekerabatan Ramadan, semua orangpun dapat merasakannya. Amon hanyalah satu dari ratusan orang yang menyisir pasar malam dadakan yang berjarak beberapa blok dari kantor Pravnich.

'Sekali-kali beli di luar, ah.' pikir Amon. Ia tidak sempat memasak makan malam hari itu karena kesibukannya di kantor.

Masih ada 30 menit sampai waktu berbuka. Amon berjalan santai sembari menimbang-timbang makanan apa yang akan dipinang untuk dibawa pulang. Sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ia menoleh kesana-kemari, mencari sumber suara, sampai akhirnya mata mereka bertemu--- ia adalah Mstislav, rekan kerja paling jahil sekaligus tetangga satu apartemennya. Tetangga yang selalu numpang makan di tempatnya. Tubuh mungilnya menyelinap gesit membelah lautan manusia yang memenuhi pasar malam.

Unlimited Pleads: Random Bullshittery At WorkWhere stories live. Discover now