Dia seperti bunga Dandelion.
Terlihat kuat, namun menyimpan sejuta kerapuhan. Dibalik keberaniannya menyimpan banyak kesedihan. Kehidupan kelam dan penderitaan selalu menemani tanpa rasa kebahagiaan.
~fagataardickberzicko~•••
Ramaikan yuk dengan komen kalian:)
Selamat menjalankan ibadah puasa buat kalian yang menjalankan☺️
Happy reading🤗
"Gue akan lindungi lo dari manusia sampah seperti mereka,"bisik orang itu di telinga Aluka yang semakin mengeratkan pelukannya.
Tangis gadis itu semakin tidak terkontrol, sedangkan orang yang memeluknya membalikkan badan Aluka hingga menghadapnya. Aluka mendongak menatap orang yang memeluknya tadi kemudian membulatkan matanya,"Ka-kak ngapain di sini?"tanya gadis itu mencoba menahan tangisnya.
"Lo mau kemana? Gue anterin,"ujar orang itu tanpa menjawab pertanyaan Aluka.
"A-aku nggak tahu,"jawab Alu dengan menunduk.
"Gue anter lo pulang,"titahnya dengan menghapus sisa air mata Aluka, membuat gadis itu sedikit menegang di tempat.
"Aku bisa pulang sendiri kok Kak Faga,"tolaknya dengan memberikan senyum tulusnya.
"Lo tahu nama gue?"tanya Faga dengan tersenyum senang.
"Siapa yang nggak tahu Kak Faga di sekolah, mantan ketua osis."
Faga menampilkan senyum manisnya ke Aluka. "Ayo gue anter pulang,"tawarnya sekali lagi.
"Kan acaranya belum selesai Kak?"
"Gue nggak perduli. Gue nggak mau ada di lingkup manusia sampah kayak mereka,"jawab Faga dengan raut muka yang berubah dingin.
"Kak Faga nggak boleh ngomong gitu. Lagian tadi itu salah ak---"
"Nggak usah bahas lagi,"tekan Faga dengan memberi tatapan tajamnya, seolah tidak suka dengan pembahasan mereka saat ini.
Tanpa aba-aba, Faga menarik pergelangan Aluka menuju mobilnya. Sedangkan gadis itu hanya menurut saja, karena takut dengan sosok Faga apabila cowok itu sudah bersikap dingin seperti ini.
Tidak ada pembicaraan di antara dua insan itu, Faga hanya fokus menyetir sedangkan Aluka hanya menatap kendaraan yang berlalu-lalang dari jendela. Ingatan kejadian tadi kembali berputar-putar dalam kepalanya, membuatnya kembali merasakan sesak. Harusnya ia tidak datang dan berakhir tersakiti lagi seperti ini, namun memangnya salah siapa jika takdir memang selalu ingin membuat gadis itu menderita.
Faga melirik Aluka karena merasa nafas gadis itu tidak teratur. "Lo nggak papa?"tanya Faga mulai khawatir.
Aluka hanya menggeleng dan tersenyum mencoba menetralkan pernafasannya agar tidak terlihat ngos-ngosan.
Kemudian suasana hening kembali melanda, namun nafas gadis itu semakin tidak terkontrol dadanya sudah naik turun dengan cepat. Melihat itu, Faga semakin tidak tenang. "Lo pucet Al. Lo beneran nggak papa?"tanyanya dengan melirik Aluka yang sudah pucat dan peluh keringat di dahi seakan menahan sakit.
Aluka tidak menjawab, gadis itu memalingkan badannya menghadap jendela mobil. Faga yang merasa khawatir menepikan mobilnya.
"Al? Lo sakit?"tanya Faga dengan memegang pundak Aluka.
"A-air---"lirih gadis itu.
Faga langsung membalikkan badan gadis itu dan membulatkan matanya melihat betapa pucatnya wajah gadis itu. Dengan sigap dia memberikan air mineral kepada gadis itu dengan hati-hati. "Pelan-pelan. Tarik nafas pelan-pelan,"ujar Faga mengintrupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluka (Proses Penerbitan)
Fiksi Remaja"Ma, Aluka sakit. Boleh aku tidur sama mama?" "Pergi! Kamu di rumah papamu saja!" ··· "Aluka buatin makanan kesukaan papa." "Bisa kamu pergi dari hadapan saya?!" ··· Aluka Alkenzia. Gadis dengan seluruh luka yang dirasa namun tetap menabur kasih unt...