[1] One to Five

373 39 3
                                    

Hitung satu sampai lima.

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Lima.

Sekarang, lihat. Bagian mana dariku yang harus tunduk atas ucapanmu?

Kamu tidak pernah memiliki makna dan arti penting, Jeongin. Camkan.

.

.

.

.

.

-oOo-

Stray Kids fanfiction

One to Five

by Vian

Bang Chan (Chris) x Yang Jeongin (Jeongin) | T - (possibly) M | Dark Romance & (Minor) Fantasy | Tag & warning! harsh words, typo, slavery, mention of death, kissing, etc.

-oOo-

.

.

.

.

.

"Jeongin! Ke mana kau akan lari!?"

"Dasar menyusahkan, berhenti di sana!"

"Mau seberapa jauh jarak yang kau ciptakan, kau harus dan akan tetap kembali, Sialan! Jangan mencoba menjadi salah satu pria bodoh!"

Jeongin abai. Ia cepatkan larinya untuk menghindari mara. Orang-orang itu; Paman dan seluruh antek-anteknya dari bar milik Bibi, di mata Jeongin merupakan manusia paling berbahaya yang pernah ia temui. Sudah bertahun-tahun dirinya terjebak di sana, merasakan segala ancaman agar tidak melakukan kesalahan.

Ekspektasi mereka sebenarnya rendah; "Jeongin hanyalah budak. Mengharapkan apa kau darinya? Jangan pasang taruhan terlalu tinggi, anak itu tak pantas mendapatkannya." Begitulah kiranya, ketika para pria dan wanita kaya bertaruh akan dirinya yang diharuskan melayani ini itu sampai mereka puas. Sedihnya, Jeongin selalu dianggap tak berguna; jangankan puas, mereka akan mengucapkan omong kosong bahwa pemuda itu selalu bermalas-malasan saat melayani mereka.

Padahal? Aslinya--tunggu, mana mungkin Jeongin berani menentang!? Pernyataan itu (bahwa dirinya tidak berguna) akan selalu dianggap benar; Jeongin yang salah. Budak sepertinya tidak bisa membela dirinya sendiri. Maka ia selalu menunduk diam, memasang senyum palsu jika dibutuhkan, melakukan apa saja seandainya diharuskan.

Hari ini pun, Jeongin melakukan semua itu, untuk kesekian kalinya. Sayangnya, barusan ia mengacau di bar. Ia ceroboh, menumpahkan teh panas pada gaun seorang wanita berparas cantik dan pastinya kaya raya. Memancing teriakan heboh sang wanita dan makian dari sana sini penjurunya, menulikan pendengaran Jeongin.

Lagipula, untuk apa wanita itu ke tempat mengerikan seperti ini!? Jeongin memekik kesal. Ia ketakutan. Tangannya bergetar, sementara kedua netra gelapnya mencoba menerawang ke sekitar.

Celaka! Seluruh tatapan mata para pengunjung beserta budak-budak lain mengarah kepadanya.

Wajah Jeongin memerah. Jengah yang ia rasakan seribu kali lipat mengerikannya dibandingkan harus dikurung seminggu penuh, menjalani hukuman oleh sang majikan. Kepalanya berat dan pening seketika. Namun, ia justru terus-menerus membatu.

Delusi | ChanJeong CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang