Di ibukota Indonesia, Jakarta disitulah kini terpampang jelas gedung menjulang tinggi bagaikan pencakar langit. Sekolah elit swasta weirapt, nama yang terpasang besar digedung tersebut sudah bisa menggambarkan bagaimana keadaan fasilitas yang disediakan.
akibat pembayaran uang gedung yang terlalu besar, mengakibatkan hanya beberapa murid mampu yang dapat masuk, mungkin hanya beberapa yang masuk dengan beasiswa tertentu.
Seorang remaja wanita yang tengah berlari dengan langkah seribu, ntah apa yang ada dalam pikiran nya saat ini. Hingga seseorang berjalan didepan nya pun ia tabrak
Brakk
"Ayoo lari lagi sand, lima menit lagi anjir!"
Keduanya tidak saling menyalahkan usai bertabrakan, berhubung jam masuk akan berakhir dalam hitungan detik
...
"Sandy!, Ingin melihat, Sandy ingin melihat!" Bagaikan seorang peramal dirinya mengelilingi satu persatu meja siswa siswi bak sedang mewanti wanti.
"Kebiasaan, kalo pekerjaan rumah itu harus dikerjakan dirumah, bukan disekolah. Kasian donk orang yang Lo contekin."
Ujar Claudya. Seorang penceramah ternama, dirinya mengomentari sohibnya, padahal saat itu dirinya pun sedang menyalin pr milik temannya pula.
"Introspeksi clau!, Kaca dirumah lu keruh yaa!"
"Kebanyakan nonton Drakor gue, makanya gak sempet ngerjain ini." Sandy berujar lesu, duduk berdampingan dengan Claudya agar menyontek bersamaan, tidak boleh rezeki itu diembat seorang diri.
"Se goblok ini yaa kita sand,"
Sandy berdecih "ke RS coba clau, barang kali ada yang berminat open donasi kepintaran." Matanya tetap fokus menyalin
"Barang kali kalo gue pinter bisa masuk kelas unggulan."
"Halah tai!, Bilang aja mau caper sama cogan cogan nya."
"Laiya."
Keduanya saling bertatapan, mengipit berputar pada fikiran masing masing.
"Disana ada ayang rey sand"
"Iya ada ayang Alwi juga"
"Hmm ... Iyaa ada ayang el juga"
Kedua nya menengok. Siapa yang berani menyambung dialog mereka berdua, menggagu imajinasi saja.
"Mata aku pusing, aku dateng ke dokter gigi, katanya aku mabuk cinta nya ayang suheil"
"Serah lu Ra."
Dia dwiva ellyara, gadis berparas cupu, sok tampang polos, padahal otaknya sudah dinodai oleh kedua teman biadap yang menghasut nya.
_____
Setelah bersenam erobik kepada jantung jantung kecilnya, yang dipimpin oleh sang guru bimbingan konseling, rakyat kelas unggulan bawah itu kini bernafas Lega, saat jam istirahat sebentar lagi akan tiba.
Netra nya pun menanggkap sesosok murid kesayangan yang tengah diam tak berkutik. Dengan ambingan terpaksa senyuman nya yang sangat pahit.
"Rara kenapa belum ngumpul?"
"Ya buk, rara lagi amnesia!" Jawabnya antusias.
Panik buying, Untung saja guru BK ini tidak mematikan seperti guru mapel matematika.
"Push up, ambil tiga paket."
"Semangat rara" kedua sohibnya tersebut hanya menyorak nyorak dirinya, teman macam apa itu.
"Liat aja kalian. Hugh .." dirinya dengan gerakan terpaksa mengambil posisi menyerong untuk menjalani hukumannya yang ke ratus ratusan kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
◇Teenage School Days◇ || Alsand (Unpublish)
Teen FictionPerihal hidup yang didefinisikan hanya sementara' Lantas Jika kau mengetahui bahwa hidup hanya sementara! Mengapa kau terus saja mengejar harta, seolah-olah hidup mu akan kekal selamanya. Uang! Uang! Dan UANG Hanya dengan selembar kertas pipih, diri...