XV : Gerimis Rindu

636 99 27
                                    

"Pengacara Kim, terima kasih atas kerja kerasmu. Semoga persidangan selanjutnya dapat berjalan lancar."

Taehyung mengulum senyum tipis di bibirnya. "Saya akan melakukan yang terbaik menangani kasus ini," kata lelaki itu pada kliennya yang sedang berdiri di hadapannya. Kliennya ini merupakan mantan anggota kongres Busan yang terjerat kasus pidana korupsi dana bantuan sosial.

Klien tersebut tertawa pendek lalu mengulurkan tangannya di depan Taehyung. "Saya percaya dan menantikan hasil terbaik pada persidangan selanjutnya."

Taehyung menyambut uluran tangan pria tersebut lalu membungkuk pamit meninggalkan gedung pengadilan di Kota Busan. Ia melangkah cepat menuju parkiran kemudian mulai melajukan mobilnya ke tempat penginapannya yang tidak jauh dari sana.

***

Ketukan pintu di kamar hotelnya membuat Taehyung mengangkat wajah dari dokumen-dokumen yang sedang ia baca. Selanjutnya ia berdiri dari kursinya dan berjalan membuka pintu kamar.

"Terima kasih," ucap Taehyung setelah pelayan hotel mengantarkan makan malam untuknya. Lelaki itu kemudian berdiri disamping meja dan menatap makan malamnya. Ia sedang tidak ingin makan dan hanya mengambil segelas anggur merah yang ada diatas meja tersebut.

Kakinya melangkah mendekati jendela besar di kamar hotelnya yang berada pada lantai 20. Pandangannya menerawang menatap gemerlap kota Busan di malam hari yang ditemani rintik-rintik hujan.

Baru tiga hari ia tidak melihat gadis itu, Taehyung sudah sangat merindukannya. Padahal ia sangat berharap dapat berada didekat gadis itu dan menghabiskan harinya yang begitu melelahkan dengan melihat wajah indah Jeongyeon. Tetapi, kenyataan berkata lain. Ia harus berangkat ke Busan tepat di hari pertama ia bekerja setelah cuti panjang perayaan Chuseok.

Taehyung menyesap anggur merahnya sebentar, kemudian menjejalkan tangannya ke dalam saku celana sebelah kiri. Ditatapnya kalung berwarna hitam yang dibelinya kemarin malam. Membayangkan Jeongyeon memakai kalung itu membuat detak jantungnya memompa dengan cepat.

***

Layar televisi yang sedang menampilkan acara komedi itu tidak dapat membuat Jeongyeon tertawa sedikitpun. Perasaannya dalam tiga hari belakangan ini mendadak hampa. Seolah ia kehilangan sesuatu. Ditambah gerimis di malam ini semakin membuat suasana hatinya kelabu tak menentu.

Mungkinkah ia merindukan Taehyung? Darahnya langsung berdesir memikirkan lelaki itu. Sepertinya memang begitu karena wajahnya juga memanas dengan cepat. Sebaiknya ia menyibukkan diri dengan hal lainnya agar tidak tenggelam dalam kerinduan.

Mangkuk ramyeon yang sudah kosong itu dibawanya ke wastafel. Lalu ia mulai mencuci alat masak yang tadi digunakannya untuk membuat makan malam dan peralatan makan lainnya yang kotor. Selesai dengan pekerjaan di dapur, gadis itu beranjak ke kamar tidur dan memeriksa silabus pembelajaran untuk esok siang.

Ditengah kesibukannya membaca bahan ajar untuk mengajar, ia kembali merasakan ingin ke kamar mandi. Diliriknya sekilas jam yang tertera di layar ponselnya lalu mendesah. Ini sudah yang ketiga kalinya ia ke kamar mandi sejak dua jam yang lalu. Dengan kesal Jeongyeon kembali beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.

Baru beberapa menit ia meninggalkan kamar tidur, panggilan tak terjawab di ponselnya sudah sebanyak delapan kali. Dan semua panggilan itu dari lelaki yang dirindukannya.

Jeongyeon sudah menunggu lelaki itu menghubunginya kembali tetapi ponselnya tidak kunjung berdering. Haruskah ia menelepon balik? Untuk apa? Lagian, ia juga gengsi menghubungi duluan. Gadis itu mendesah kecewa dan menatap nanar ke arah ponselnya. Ia kembali mempelajari bahan ajar dan mencoba melupakan kekecewaannya.

Rules of Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang