Empat Puluh Enam

49 22 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen terlebih dahulu ya :)

46.

Arhan baru saja pulang usai berkeliling-keliling Jakarta tak tentu arah. Ketika melangkahkan kaki ke dalam rumah. Ia langsung diberi pertanyaan oleh seseorang.

"Bang, lo mau makan apa. Gua masakin."

Arhan melirik sekilas pada adik satu-satunya itu. Ia melepas jaket hoodie hitam dan meletakkan di atas sofa. Kemudian, ia duduk tepat di samping adiknya.

"Emang lo bisa masak?"

Cewek yang sedang asik makan sambil menonton televisi itu lantas mendelik menajamkan pandangan tak terima. Namun, hal itu benar adanya.

"Engga. Hehe..." ucapnya dengan menampilkan deretan gigi. Arhan tertawa, lalu mengacak rambut adiknya itu.

"Dah lah gak usah. Gua masih kenyang."

"Oke bagus lah. Gua juga males sebenarnya masak buat lo."

"Dih," tukas Arhan.

"Doh."

Arhan memandang keluar jendela. Di mana tirai rumahnya saat itu sedang terbuka, sehingga dapat terlihat siapa yang berada di luar sana. Arhan melirik adiknya sekilas. Beruntung saat itu ia sedang asik menonton televisi jadi, tidak mendengar ada suara seseorang yang memanggil namanya. Belum lama Arhan merasa tenang seseorang kembali memanggil.

"Permisi."

"Bang. Gua kayak denger suara orang manggil tadi."

"Ha? Siapa? Enggak ada. Lo salah denger kali," elak Arhan dengan perasaan was-was.

"Bang..." Cewek dengan kaus biru itu menjeda ucapannya. "Beneran. Gua beneran kayak dengar suara orang tadi."

Arhan mengernyit. "Apa si. Halu lo."

"Gua serius, bang."

"Gak ada Keyva sayang..."

"Ish..." Keyva menekuk wajahnya.

".... "

Keyva pun meletakkan mangkuk berisi mie yang masih setengah di atas meja. Ia bangkit dari duduk. Iris mata Kaeyva menatap lurus pada Arhan—penuh tanda tanya. Keyva hendak melangkah untuk membuka pintu rumah. Namun, Arhan segera meraih lengan Keyva berusaha agar Keyva tak membukakan pintu.

"Jangan..."

"Kenapa?"

Keyva bereaksi tapi tak ada jawaban dari Arhan. Pikiran Arhan menjadi penuh cabang.

"Lama lo, ah!" Keyva menepis tangan Arhan dengan kasar.

"Key! Jangan! Argh!!!"

Kevya pun lantas menghentikan langkah melihat tingkah sang kakak. Terlihat sedikit aneh, ia melihat raut wajah tak biasa dari sang kakak.

"Masuk kamar sekarang!!" perintah Arhan dengan tegas membuat Keyva sedikit tertegun.

"Tapi, Bang?"

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang