Rent a Boyfriend.

849 102 51
                                    

// warning : semua hal di dalam fanfiksi ini tidak sepenuhnya nyata, setting tempat, pekerjaan bahkan karakter tidak sepenuhnya benar. 10k words of oneshoot, contains a whole mess and a cheesy romance that makes you go shahagahsj.

.

.

.

Johnjae

'Rent a Boyfriend'

.

.

"Ini."

Sebuah brosur dengan kertas yang mengkilap serta desain yang cukup catchy diletakkan disamping satu cup mie instan, asap mengepul tenang di udara dari celah tutup kertas yang terbuka. Sepasang mata coklat menatap sepotong kertas yang cukup tipis tersebut tanpa rasa antusias, datar dan tidak tertarik. Surai kehitaman yang dibelah tengah dan lumayan panjang jatuh lembut di kening, jemari lentik menyingkirkannya dan menautkannya di belakang telinga setelah mencolok mata kirinya.

"Menyewa seorang pacar?" Suara baritone mengudara, nada tidak percaya tersirat dan ia hampir mendengus kalau saja sebuah botol berisi air mineral yang dingin ditempelkan di pipinya. Meringis kecil merasakan tubuhnya berjengit karena respon rasa dingin lalu mengusap lelehan air dari bagian luar botol yang menempeli pipinya dengan merengut. "Apa maksudnya kau datang terlambat dari jadwal presentasi dan menumbalkan aku serta si malang Mark, anak baru, dan menunjukkanku brosur aneh ini?"

Kim Jungwoo, berumur dua puluh dua, lebih muda satu tahun darinya. Lulus pada tahun yang sama, magang di perusahaan yang sama dan menjadi satu team dalam mengembangkan game binaan kelompok mereka yang dibiayai oleh perusahaan besar yang sedang mereka gunakan ruang istirahatnya ini. Kalau ia ditanya apakah tidak bosan melihat Jungwoo setiap hari bahkan pada akhir pekan, jawabannya adalah iya. Selain tukang terlambat karena bangun kesiangan disebabkan oleh malam yang dihabiskan untuk bermain game sepak bola, Jungwoo itu sangat berisik. Meskipun begitu, ia adalah sahabat yang baik.

"Kau bilang merasa sedih menghabiskan hari ulang tahunmu sendirian kan?" Meletakkan tas ransel berwarna biru tua dengan ornamen Captain America di meja, Jungwoo duduk dengan sebuah cengiran lebar. Kemejanya keluar dari dalam rangkuman celanannya, dasinya tidak rapi dan rambutnya berhiaskan sebuah daun kering. "Sebagai sahabat yang baik, Jung Jaehyun, aku membawakanmu solusi." Tambahnya dengan bangga, seolah seorang Albert Einstein yang jenius, ia bahkan tak repot merapikan penampilannya dan menenggak habis satu botol susu fermentasi yang mengandung bakteri baik.

"Kapan aku bilang kalau sedih?"

Konyol, ia tak pernah mengatakan keras - keras soal permasalahan internalnya. Tapi sepertinya memang wajahnya ini tidak bisa berbohong karena Jungwoo memandanginya seolah ia tengah mengatakan bahwa sup ayam yang ia makan tadi pagi sebagai sarapan dijatuhi kecoa.

"Tapi 'menyewa pacar'? Jungwoo, aku tidak mau. Dan aku hanya butuh teman bukan pacar."

Yang benar saja, selama ia hidup, orang yang ia biarkan menggandeng tangannya bahkan mencium pipinya hanya Ibundanya tercinta. Sang Ayah saja tidak ia berikan kesempatan kecuali memang waktu yang tepat. Membayangkan seseorang akan menggandeng tangannya dan membuatnya merasakan berbagai perasaan rumit sangatlah tidak benar. Banyak orang patah hati karena cinta, termasuk beberapa teman bahkan Kim Jungwoo. Menyaksikkan bagaimana mereka patah dan hancur membuat Jaehyun bergidik ngeri. Ia takkan mau jatuh cinta.

Rent a Boyfriend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang