Chapter 12 ▪ Si Netra Merah

11 6 0
                                    

Chapter 12 ▪▪▪ Si Netra Merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 12 ▪▪▪ Si Netra Merah

Tepat di saat bulan mulai merangkak ke atas, si netra biru itu menebar pandang ke arah langit luas. Ada siratan sedih dan hilang arah di kedua maniknya. Ia tahu ada yang tidak beres. Sebenarnya, semua itu hanya insting belaka. Tetapi, saat ditelusuri lebih dalam, sesuatu yang--entah itu penting atau tidak--sengaja disembunyikan oleh Istran dan Maya.

Avizo meraba bekas luka yang dalam di lengan kirinya. Ia menerima cerita bahwa luka itu didapatkan saat ia berkuda di hutan dan terjadi kecelakaan karena lepas kendali. Tidak hanya luka itu yang didapatkan, bahkan ada beberapa sayatan yang kini mulai pulih di kedua kakinya. Namun, saat bertemu healer yang menyelamatkannya saat itu--Lui--pria itu malah mengatakan hal yang membuatnya semakin bingung.

"Hey, Viz. Beruntung sekali kita bertemu lagi setelah kau hampir terbunuh waktu itu," tutur pria berpakaian sederhana dengan rahang tegas itu. Avizo mengerutkan dahi dan menaikkan satu alisnya.

"Eum, paman... maksudnya aku hampir terbunuh...?? Apa?? Bukannya aku kecelakaan?" Manik Avizo menangkap gelagat Lui yang terlihat gelagapan,

"A-ah... ya... maksudku juga itu... kecelakaan. Ya, kecelakaan. Kau hampir terbunuh karena kecelakaan itu. Syukurlah kau masih bisa selamat dari kritis." Tangan Lui mengusap pelan rambut Avizo dengan senyum tulus. "Maaf, tapi aku harus pergi, jaga dirimu baik baik, Avizo Yandasa."

"Ya, paman... anda juga."

Kejadian itu terjadi belum lama ini, tepatnya saat Avizo pulang dari mengejar Jeyfir di insiden menghilangnya Nazir. Lalu, tadi sepulang sekolah, ia mengunjungi Lui di rumah pengobatannya untuk mencoba berbagi pikiran, tetapi sayangnya Lui sedang berada dalam fase sangat sibuk mengurusi pasien dan dari sanalah putra Yandasa iu tahu dengan mata kepalanya sendiri korban korban si A yang sudah tewas maupun yang masih hidup.

Tiba tiba, burung merpati masuk ke kamarnya dengan cepat dan menukik melewati jendelanya. Sontak, pemuda itu terkejut dan mengamati burung merpati tadi yang jatuh di lantai kamarnya. Sekejap, binatang bersayap itu berubah menjadi sesosok manusia. Netra biru Avizo terbelalak kaget,

"N-Nazir??!!"

Siapa yang tidak terkejut melihat temannya yang beberapa hari lalu menghilang dan kini berada di hadapanmu mula mula berwujud merpati, lalu berubah menjadi manusia dengan banyak luka seperti ini, bahkan ada darah yang mengalir dari kening bagian kanannya. Avizo segera mendekat dan memapahnya ke atas ranjang. Ia hendak memanggil kedua orang tuanya, tetapi Nazir menolak,

"Kau terluka parah, Nazir!!"

"Y-ya.. t-tapi aku bisa mengatasinya. Beri aku waktu untuk memulihkan lukaku selama satu jam," pinta Nazir terpatah patah sambil menahan sakit, hal itu terlihat dari raut mukanya.

Avizo pun menimang sebentar lalu mengangguk mengiyakan permintaan temannya. Walaupun sebenarnya ia sendiri gelisah akan keadaan Nazir yang kini memejamkan mata dan mencoba rileks, Avizo tidak berani mengeluarkan suara barang satu huruf pun karena Nazir meminta pemuda tersebut untuk tidak mengganggu konsentrasinya. Tetapi, dalam keadaan sebegitu parahnya, dan gelagat Nazir yang seperti tertidur, membuat si netra biru tidak bisa menghilangkan gelisahnya. Mungkin itu adalah cara Nazir memulihkan lukanya, tetapi yang dilihat Avizo adalah Nazir tidak sadarkan diri.

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang