Setelah membacakan beberapa cerita singkat dan memastikan Kim sudah tertidur pulas, Gemma menarik selimut untuk menyelubungi gadis kecil itu lebih rapat. Ia berjalan agak berjingkat-jingkat melintasi ruangan agar tidak menimbulkan suara berisik.
Saat ia menutup pintu kamar dengan sangat perlahan, dilihatnya Harris juga baru saja keluar dari kamarnya. Gemma beranjak ke dapur, menenggak segelas air kemudian duduk di sofa untuk mengambil map di meja yang berisi kumpulan brosur pendaftaran sekolah dasar. Harris ikut duduk di sofa—sisi paling ujung sofa—memperhatikan brosur-brosur itu.
"Aku nggak merasa Kim akan menghadapi kesulitan untuk masuk di sekolah-sekolah ini."
Gemma mengangguk.
"Benar-benar gadis yang cerdas. Kimora." Harris mendesahkan nama Kim dengan penuh pemujaan.
Gemma mengernyit, kemudian mengangguk lagi.
Setelah hening cukup lama yang rasanya seperti seabad padahal hanya 3 menit penuh, Harris membenarkan posisi duduknya. Bergeser satu inci lebih dekat kearah Gemma.
"Gemma." akhirnya ia berkata setelah melalui serangkaian pertimbangan dan mengumpulkan puing-puing keberaniannya yang hilang seminggu ini.
Gemma bergeming.
"Gemma." ulang Harris lagi, kali ini lebih keras. Walaupun ia tidak yakin sebelumnya Gemma bukannya tidak mendengar.
Satu detik. Dua detik. "Ya?" Gemma akhirnya menjawab tanpa menghentikan aktivitasnya terhadap brosur-brosur itu.
"Aku nggak tahu gimana harus bilang ini tanpa terdengar bodoh. Tapi aku benar-benar ingin minta maaf atas semua yang udah aku lakukan ke kamu." matanya merunduk menatap karpet di bawahnya.
Gemma tidak menyahut. Ia bahkan tidak terlihat seperti mendengarkan ucapannya. Wanita itu menelengkan kepalanya kearah brosur-brosur, membetulkan posisi kacamatanya sekali-sekali dan mengernyit serius.
"Gemma, aku nggak bisa terus menerus tinggal disini tanpa dihantui perasaan bersalah soal..."
"Bukannya..." sela Gemma dengan nada tajam, "Satu hal yang sudah kita sepakati adalah nggak akan ada obrolan selain tentang Kim?"
"Memang," Harris berdeham, menatap kearah Gemma yang sama sekali tidak melihat ke arahnya, "Tetap aja menurut aku itu hal yang harus aku lakukan. Aku nggak pengen kamu menganggap aku nggak sungguh-sungguh sama Kim."
"Aku nggak pernah mempertanyakan kesungguhan kamu sama Kim." tukas Gemma.
"But still, I owe you an apology."
Gemma mendesah, kemudian buru-buru merapikan brosur ke dalam map dan berjalan kembali ke arah kamar Kim. Berniat untuk meneruskan kegiatannya di dalam kamar agar terbebas dari gangguan bernama Harris.
Ia sudah setengah jalan menuju kamar ketika didengarnya Harris memanggil namanya.
"Aku bener-bener minta maaf atas semua yang udah aku lakukan ke kamu. Kejadian di hotel, pisah sama kamu, membiarkan kamu sendirian mengasuh Kim, semuanya..." suaranya terdengar pilu seakan tiap kata menyayat kerongkongannya, "Harusnya aku ada di samping kamu. Bertahan dengan kamu. Aku nggak tahu kenapa aku bisa begitu bodoh dan egois dan... dan..." Gemma membalikkan tubuhnya, menatap Harris yang kini tengah memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
Roman d'amourPerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...